الثلاثاء، 19 فبراير 2013

ALUR PROSES PRACETAK




I.            PENGERTIAN PRACETAK
Prepress meliputi semua tahap proses yang dibutuhkan mulai dari persiapan area cetak, teks, original image dan graphics sampai kepada proses produksi untuk menuju kepada semua materi yang ‘siap untuk proses cetak’ yang dilakukan secara manual maupun menggunakan computer. Pracetak dimulai dari input data sampai desain siap cetak atau Final Artwork. Semua hal yang dilakukan saat membuat layout artwork dengan menggunakan beragam Software Grafis populer seperti Adobe Photoshop, Macromedia Freehand, Illustrator, CorelDraw, PageMaker, InDesign atau QuarkExpress, dsb.
Proses  selanjutnya yaitu pembuatan film baik secara konvensional maupun digital. Pembuatan film secara konvensional yaitu dengan fotoreproduksi film, sedangkan secara digital menggunakan mesin Computer to Film (CtF).
Proses terakhir yaitu pembuatan pelat. Pembuatan pelat dapat dilakukan secara konvensional menggunakan plate maker dan film hasil fotoreproduksi maupun film dari CtF. Dapat juga dilakukan dengan digital menggunakan Computer to Plate. Hasil akhir dari pracetak adalah plate yang akan digunakan untuk mencetak pada bagian cetak.

II.            JENIS PEKERJAAN PRACETAK
A.    Metode Konvensional
Pada bagian pracetak dilakukan aktivitas yang berhubungan dengan persiapan pekerjaan mencetak. Dengan perkembangan teknologi digital dan elektronik saat ini, bagian pracetak telah banyak menggunakan peralatan tersebut sebagai sarana yang tepat dalam melakukan pekerjaannya. Ketika menggunakan metode konvensional , pekerjaan pada bagian pracetak terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1.      Desain manual
Pekerjaan desain manual meliputi peracangan suatu barang cetakan hingga pembuatan art work. Biasanya dalam merancang suatu desain barang cetakan, seorang desainer akan membuat rancangan lebih dari satu model. Rancangan yang dibuatnya dapat berupa racangan yang full color atau hitam putih saja. Kemudian apabila hasil rancangan tersebut telah mendapat persetujuan dari pemesan atau seorang penanggungjawab, maka hasil rancangannya dibuatkan art work. Apabila rancangan tersebut membutuhkan gambar ilustrasi, maka dapat dibuat olehnya bila memang mampu. Tetapi bila desainer tidak dapat mengerjakan ilustrasinya, maka yang ilustrasi tersebut dapat dikerjakan oleh juru gambar. Selanjutnya oleh desainer dibuatkan rancangannya dengan ilustrasi yang dibuat orang lain.
a.      Unsur-unsur desain grafis
Sebuah desain baik itu objek ataupun berbentuk font, selalu terdiri dari beberapa unsur-unsur yang membentuk sebuah desain. Beberapa unsur-unsur yang ada di desain yaitu :
1)      Garis (Line)
2)      Bentuk (Shape)
3)      Tekstur (Texture)
4)      Ruang (Space)
5)      Ukuran (Size)
6)      Warna (Color)
7)      Layout: 
Jenis-jenis tata letak:
a)      Tata Letak Miniatur
b)      Tata Letak Kasar
c)      Tata Letak Komprehensif
d)     Gambar Kerja (Artwork)


b.      Prinsip – Prinsip Desain Grafis
Dalam bekerja seorang desainer grafis harus mempertimbangkan berbagai prinsip demi mencapai hasil akhir yang baik. Prinsip – Prinsip Desain Grafis adalah sebagai berikut:
1)   Kesederhanaan
2)   Keseimbangan
3)   Kesatuan
4)   Penekanan (aksentuasi)
5)   Irama (repetisi)


2.      Setting computer
Pekerjaan setting adalah pekerjaan menyusun huruf/naskah teks menggunakan komputer. Lingkup pekerjaannya hanya melakukan penyusunan teks dengan jenis huruf, besar huruf, jarak antar baris dan bentuk susunan yang diinginkan oleh seorang desainer.
Sehingga praktis pekerjaannya menuntut untuk dapat mengoperasikan komputer dengan baik. Tetapi dengan adanya perkembangan perangkat komputer saat ini, pekerjaan tersebut menjadi lebih luas. Apalagi dengan tersedianya software yang mendukung pekerjaan setting, maka pekerjaan tata letak dapat dikerjakan secara langsung dalam komputer.
a.      Kelompok Huruf
Dari sekian banyak jenis huruf maka dapat dikelompokkan/ golongkan dalam 5 kelompok besar jenis huruf.
1)      Jenis pokok huruf Roman
Ciri huruf Roman peralihan luwes dari tebal ketipis kaitnya berbentuk segitiga (garis kecil yang menutup garis gambar) dan kaki.Contoh huruf: Times new romen, Garmon, Palatino
2)      Jenis pokok huruf Bodoni
Jenis pokok huruf BodoniCiri huruf Bodoni cirinya peralihan tiba-tiba dari tebal ke tipis, kait garis halus Contoh : Bodoni, Egmont,
3)      Jenis pokok huruf Egyptien
Ciri huruf Egyptien batang dan kait tegang lurus, hampir dimana-mana sama tebal. Contoh : Atlasm Cheops, Memphis
4)      Jenis pokok huruf San Serif
Ciri huruf bentuk kerangka tanpa kait  Contoh : Helvetica, Arial, Univers, Nobel, Helios dll
5)      Jenis pokok huruf Fantasi
Ciri huruf bervariasi seperti tulis tangan Contoh : Brush Scrift, French Scrift, Rosewood Str dll.
Dengan kemajuan zaman dan perubahan kondisi sesuai dengan peradaban manusia saat ini, maka ciri dan bentuk 5 jenis huruf, ada perubahan kelompok antara lain.
1)      Huruf tak berkait (sans serif)
2)      Huruf berkait (serif)
3)      Huruf tulis (script)
4)      Huruf Dekoratif
5)      Huruf Monospace

Hal yang harus diperhatikan dalam menyusun teks yaitu penentuan format susunan yang benar sesuai dengan model yang telah ditetapkan. Ukuran kertas juga menentukan terhadap hasil dan format susunan.

b.      Parameter Layout
Dalam menyusun suatu model teks maka tetapkanlah data parameter untuk teks tersebut yang diantaranya terdiri dari:
1)      Font
Font adalah pilihan jenis huruf yang akan dipergunakan untuk teks tersebut.
2)      Size (Ukuran huruf (korp)
Size adalah pilihan untuk besar huruf yang akan dipergunakan. Satuan ukuran yang dipergunakan adalah point (pt). Misalnya: 6 point, 7 point s.d. 100 point dst, dimana point adalah bagian dari dari ukuran tipografi yang dinyatakan dengan pica dan sicero (agustin).
3)      Leading
Leading adalah penetapan jarak antar baris dari suatu susunan teks.
4)      Type Style (Variasi huruf /keluarga huruf)
Variasi huruf adalah gambaran dari satu jenis huruf masih dapat dibedakan lagi antara lain: normal, Bold (tebal), Miring (italic), Kapital, Onderkas (lowercase Type), merapat (condense), melebar (extended),Underline untuk huruf bergaris bawah, strikethru untuk huruf bergaris tengah, reverse untuk huruf berwarna putih dan seterusnya.
5)      Alignment
Alignment adalah pilihan untuk bentuk susunan teks. Pada pekerjaan setting bentuk susunan terbagi menjadi Align Left (rata kiri), Align right (rata kanan), Align Centre (rata tengah), Justify/force justify (rata kiri dan kanan).


3.      Fotoreproduksi
Pada bagian fotoreproduksi dilakukan 3 kegiatan utama, yaitu:
a.      Pemotretan/pengontakan film
Pemotretan dilakukan dari sebuah model yang telah dirancang oleh bagian desain atau hasil setting. Setelah mendapatkan film negatif, kemudian untuk mendapatkan film positif dilakukan pengontakan. Bila ada model full color, maka dilakukan proses separasi warna menggunakan perangkat scanner (drum scanner).
Sebelum teknologi image setter berkembang luas di pasaran, proses pembuatan film dari data komputer dipindahkan dulu melalui media kertas atau yang dikenal dengan Computer to Paper kemudian diproses dengan menggunakan kamera reproduksi baik itu kamera vertikal maupun horizontal untuk dipindahkan menjadi film dengan pengembangan manual atau dengan menggunakan film processor. Teknologi ini sudah semakin ditinggalkan oleh perusahaan percetakan, karena prosesnya membutuhkan waktu yang lama juga hasilnya kurang maksimal. Pembesaran titik raster (dot) menjadi semakin besar karena adanya tahapan demi tahapan yang harus dilalui.
Penggunaan kamera vertikal maupun horizontal masih banyak dijumpai pada percetakan-percetakan yang mengkhususkan pada jenis atau macam cetakan yang beroplag sedikit atau cetakan-cetakan khusus, misalnya pembuatan stempel, acuan untuk foil, dan sebagainya. Untuk mengetahui teknologi ini, sebagai dasar keilmuan memahami teknologi yang berkembang pesat sekarang, dibawah ini diuraikan proses dari data yang dihasilkan komputer berupa kertas menjadi film yang siap ditransfer ke pelat cetak.
Model kamera dapat digolongkan menjadi 3 yaitu:
1) model garis (line copy), model garis meliputi semua pekerjaan yang terbentuk dari garis-garis dan bidang-bidang dengan nada tunggal. Tidak terdapat bidang-bidang bayang-bayang atau gradasi nada. Misalnya: cetak percobaan teks yang bersih atau hasil set foto, gambar coretan pena, peta-peta dan karikatur, foto-foto afdruk yang sudah diraster.
2) model nada lengkap (halftone copy), model nada lengkap meliputi segala pekerjaan yang mempunyai gradasi atau variasi nada. Contohnya: semua foto orang, gedung-gedung, pemandangan dan lain sebagainya, lukisan minyak yang artistik, gambar bernada.
3) model warna (colour copy), model warna meliputi semua model berwarna, baik garis maupun nada lengkap (seperti model a & b)
b.      Montase
Dari film positif dan film separasi kemudian dilakukan proses tata letak film yang disebut dengan montase. Penempatan film-film tersebut dilakukan diatas astralon sesuai dengan rancangan yang direncanakan.
Montase Film Separasi Warna
1)      Persiapan
Harus bisa membedakan ciri-ciri warna film yaitu warna cyan memiliki nada yang paling lengkap/jelas dengan kehitaman urutan ketiga dari 4 warna dasar (C,M,Y,K), warna magenta memiliki nada dibawah warna cyan dengan kehitaman urutan kedua dar 4 warna dasa, warna yellow memiliki nada dibawah magenta dengan kehitaman urutan pertama dari 4 warna dasar dan warna black memiliki nada dibawah yellow dengan urutan kehitaman yang paling rendah dari 4 warna dasar.
2)      Membuat Pola
Sebelum pembuatan pola dilakukan terlebih dahulu anda harus mengetahui data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi dalam membuat pola, meliputi:
a)      Harus mengetahui ukuran jadi barang cetakan, yaitu dimaksudkan untuk menghitung jumlah/daya tampung cetakan atau halaman dalam satu muka pelat mesin yang digunakan.
b)      Harus mengetahui ukuran area cetak maksimum mesin cetak yang digunakan, hal ini berhubungan erat dengan ukuran jadi barang cetakan yaitu menentukan daya tampung/jumlah halaman (bila berupa buku) dalam satu muka pelat cetak.
c)      Harus mengetahui ukuran maksimum kertas cetak pada mesin cetak yang digunakan, ini dimaksudkan untuk mengetahui masuk tidaknya ukuran kertas dari hasil montase yang akan dicetak pada mesin yang akan digunakan.
d)     Harus mengetahui jumlah halaman bila berupa buku, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui jumlah pelat yang digunakan dan jumlah katern.
e)      Harus mengetahui system jilid yaitu jahit kawat, jahit benang atau lem panas (binding), hal ini bertujuan untuk menentukan cara menyusun katern-katern buku apakah disusun secara sisip atau secara tumpuk.
Selain harus mengetahui 5 faktor yang mempengaruhi dalam pembuatan pola, anda juga harus mengetahui factor jumlah warna dalam hal ini untuk memudahkan dalam menyiapkan jumlah astralon/pelat yang digunakan.
Setelah diketahui faktor-faktor tersebut maka dilakukan penghitungan dan dapat diketahui/ditentukan jumlah halaman dalam satu muka, jumlah katern, area cetak satu muka untuk mencetak barang cetakan tersebut, ukuran kertas yang akan dicetak.
3)      Sistem Montase
Untuk montase barang cetakan yang dilipat dan dijilid (buku/majalah) maka dalam pengaturan halaman susunannya harus benar bila pencetakan dan pelipatan selesai dikerjakan. Biasanya lembaran kertas dicetak bolak balik, untuk itu pengaturan halaman dapat dilakukan dengan 2 cara meliputi:
a)      Pencetakan secara “Outside dan Inside”
yaitu dibutuhkan 2 acuan/pelat untuk mencetak bagian muka dan belakang lembaran kertas, misalnya suatu lembaran dengan 8 halaman akan dicetak dengan mesin ukuran 4 halaman, artinya 4 halaman dicetak dimuka (outside) dan 4 halaman dicetak dibelakang (inside).
b)     Pencetakan secara “Work and Turn”
yaitu hanya dibutuhkan 1 acuan/pelat untuk mencetak suatu lembaran pada kedua permukaan kertas bagaian muka dan bagaian belakang.

Dalam pencetakan yang dilakukan pada dua muka yaitu setelah lembar muka dicetak, selanjutnya kertas itu harus dibalik dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri dan muka yang lain (belakang) dicetak dengan pelat yang sama, sisi kertas tempat griper (penjepi) tetap pada posisi yang sama. Hal ini untuk memperoleh kepastian penempatan yang benar untuk pencetakan dua muka yang sama. Kertas selanjutnya dipotong tengah-tengah sehingga diperoleh 2 lembar dengan hasil cetak yang sama.
Ada juga dalam membalik kertas untuk mencetak muka yang lain belakang) dengan cara sisi kertas tempat gripper berubah, sisi side lay berada tetap tinggal tempat yang sama, gripper muka lembar yang telah dicetak dijungkir balik ke belakang sehingga permukaan kertas yang belum tercetak berada di atas, ini disebut dengan “tumbling”.

Dalam melaksanakan montase separasi warna ada 3 cara yaitu sistem tumpuk, sistem alas tunggal dan sistem punch register.
c)      Sistem Tumpuk yaitu: montase sparasi warna dengan menggunakan astralon 4 lembar sebagai alas untuk menempelkan film 4 warna dimana setiap lembar astralon untuk menempel 1 warna.
d)     Sistem Alas Tunggal atau disebut juga dengan system Blue key yaitu montase sparasi warna film (C, M, Y, K) yang dilakukan dengan menggunakan satu alas tunggal, yang biasanya dipakai lembaran khusus hostaphan/Colour foil blue cyan yang warnanya bening (tembus pandang). Dalam montase dengan menggunakan blue key memiliki kelemahan yaitu bila terjadi kerusakan pada pelat misalnya magenta atau yellow harus dilakukan pekerjaan montase ulang untuk masing-masing film. Bila dibanding dengan system tumpuk, system blue key memiliki ketepatan cetak lebih terjamin karena hanya menggunakan satu alas untuk montase, demikian juga dengan tanda-tanda pas penepatnya hingga dapat dipastikan bahwa ketepatan cetaknya lebih terjamin. Kesalahan paralaks tidak dijumpai dalam montase system ini.
e)      Sistem Punch Register adalah system yang lebih banyak diterapkan pada perusahaan percetakan yaitu montase dengan menggunakan astralon yang terlebih dahulu dilubangi atau dipuch yang selanjutnya dilakukan montase satu demi satu setiap lembaran astralon.

c.       Pembuatan acuan cetak offset
Proses selanjutnya adalah memindahkan hasil montase pada pelat cetak menggunakan perangkat kontak pelat. Sehingga diperoleh pelat cetak yang siap dilakukan pencetakan menggunakan mesin cetak offset.
1)      Jenis Pelat Cetak Ofset
Pelat cetak ofset adalah keping atau lembaran logam tipis (Zn) yang salah satu permukaannya atau dua permukaannya dilapisi dengan bahan peka cahaya. Pelat berdasarkan bahan peka cahayadapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a)      Sensitized plate
Bahan dasar pelat sensitized adalah terbuat dari seng (zn) yang dilapisi dengan bahan peka cahaya. Campuran bahan peka cahaya yang digunakan adalah amonium bichromate, albumen, gom arabika, salatin dan dextrin.
b)      Presensitized plate
Pelat presensitized adalah pelat cetak yang dibuat oleh pabrik pembuat pelat cetak ofset. Menurut cara kerjanya, pelat presensitized dapat terbagi menjadi 2 jenis pelat, yaitu pelat negatif dan pelat positif. Pelat negatif adalah pelat yang prinsip kerjanya pada bagian yang terkena sinar akan mengeras dan bagian yang tidak terkena sinar akan larut bila dicuci menggunakan bahan developer. Pelat positif adalah pelat yang prinsip kerjanya pada bagian yang terkena sinar akan larut dan bagian yang tidak terkena sinar akan mengeras bila dicuci dengan menggunakan bahan developer.
2) Model Film
Model film yang akan diproses pada pelat cetak ofset terdiri dari 2 jenis, yaitu:
a) Film positif
b) Film negatif
3) Menempatkan Film pada Pelat Cetak Offset
Film yang akan disinari pada pelat cetak ofset harus diletakkan dengan benar sebelum dilakukan proses penyinaran. Format tersebut harus disesuaikan dengan format mesin cetak offset yang akan digunakan untuk mencetak. Letak posisi film yang akan disinari harus pada posisi simetris antara bagian kanan dan kirinya. Kemudian pada sisi atas film harus diletakkan pada jarak tertentu dengan memperhatikan griper mesin cetak, awal kertas dan awal cetakan. Sehingga kertas yang akan digunakan untuk mencetak juga harus dipersiapkan sebaik mungkin agar tidak terlalu besar atau terlalu kecil ukurannya.
4) Peralatan Pembuatan Acuan Cetak Ofset
Untuk melakukan proses penyinaran pada pelat cetak ofset digunakan perangkat yang disebut dengan mesin kontak pelat (Platemaker). Pada mesin ini sinar yang digunakan adalah berupa sinar Ultra Violet (UV), Peralatan platemaker sekarang ini telah dilengkapi dengan pengaturan waktu penyinaran secara digital, pengaturan vacum dan penyimpanan memori penyinaran. Agar pada saat proses penyinaran tidak terjadi pembiasan sinar, maka pada peralatan tersebut juga dilengkapi dengan korden penutup pada di sekeliling sisinya. Jarak antara lampu dengan pelat yang akan disinari juga harus diperhitungkan, jangan sampai terlalu jauh atau terlalu dekat
.
5) Proses Pengembangan
Proses pengembangan pelat cetak ofset dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a) Secara manual
Pengembangan pelat cetak secara manual dilakukan dengan memberikan cairan developer pada bagian permukaan pelat secara merata. Kemudian menggunakan spon yang halus seka permukaan pelat secara merata dan teratur. Bila cairan developer bekerja, maka pada pelat cetak positif dengan model film positif bagian yang terkena sinar akan rontok sedangkan yang tidak terkena sinar akan mengeras dan membentuk image. Pada pelat negatif pada bagian yang terkena sinar akan mengeras dan bagian yang tidak terkena sinar akan rontok. Setelah diberikan cairan developer, maka bersihkan sisa cairan tersebut dengan membilasnya dengan air.
b) Menggunakan prosesor pelat cetak
Pelat cukup dimasukkan pada prosesor tersebut dan secara otomatis prosesor akan memroses pelat tersebut. Sebab dalam prosesor telah terdapat cairan developer dan rol-rol pembawa pelat yang membawa ke bagian developer dan seterusnya sampai pada bagian pengering, sehingga diperoleh pelat cetak yang siap untuk dipergunakan untuk mencetak. Penggunaan prosesor pelat harus diperhatikan lamanya/kecepatan rol pembawa pelat berjalan yang secara langsung juga mempengaruhi hasil pelat cetak. Dengan developer yang dipakai untuk beberapa kali pengembangan tentu waktu/kecepatan proses pengembangan akan berbeda apabila developer telah digunakan berkali-kali.
6) Penggunaan Densitometer
Densitometer dipergunakan untuk mengukur densiti pelat hasil pengembangan. Dengan menggunakan densitometer akan diketahui apakah pelat tersebut telah memenuhi standar yang telah ditentukan atau belum. Untuk melihat titik raster dipergunakan loupe pada grey scale yang telah terpasang pada pelat cetak.
7) Perawatan Pelat Cetak Ofset
Perawatan pada pelat cetak ofset dilakukan untuk menghindari kerusakan pada image yang telah diproses. Biasanya perawatan dilakukan sebelum pelat cetak digunakan untuk mencetak. Perawatan dilakukan dengan melapisi pada seluruh permukaan pelat yang telah diproses menggunakan gom arabika. Kemudian bila pelat cetak tersebut akan dipakai mencetak, bersihkan lapisan gom dengan membilas menggunakan air. Dengan memberikan lapisan gom selain menghindari kerusakan akibat goresan pada imagenya, dapat juga sebagai pelindung dari cahaya terbuka yang langsung mengenai pelat cetak.

Hal tersebut diatas merupakan metode yang digunakan ketika bagian perangkat pracetak belum banyak berkembang. Tetapi dengan perkembangan perangkat pracetak sekarang ini, maka metoda yang dilakukan sudah banyak berubah. Dengan digunakannya perangkat yang modern dan semakin mudah dalam penggunaannya, diharapkan kualitas hasil cetak akan lebih baik. Karena kualitas hasil cetak yang telah dianggap baik oleh bagian produksi, belum tentu sesuai dengan keinginan pelanggan. Banyak
faktor yang saling mempengaruhi untuk mendapatkan kualitas cetak yang baik. Tahapan proses dari konsep desain, pracetak, cetak, sampai finishing memiliki peran yang sangat penting dalam menghasilkan hasil cetak yang berkualitas.

B.     Metode Digital
1. Desain secara elektronik
Desain adalah salah satu penunjang dari kelangsungan sirkulasi sebuah majalah, desain juga dapat mempengaruhi para konsumen untuk membeli majalah yang dipasarkan. Dalam mendesain diperlukan daya imajinatif dan kreativitas guna merealisasikan majalah yang hendak diterbitkan.
a. Program Pengolah Grafis
Oleh karena desain grafis dibagi menjadi beberapa kategori maka sarana untuk mengolah pun berbeda-beda, bergantung pada kebutuhan dan tujuan pembuatan karya.
1) Aplikasi Pengolah Vektor/Garis
Program yang termasuk dalam kelompok ini dapat digunakan untuk membuat gambar dalam bentuk vektor/garis sehingga sering disebut sebagai Illustrator Program. Seluruh objek yang dihasilkan berupa kombinasi beberapa garis, baik berupa garis lurus maupun lengkung. Aplikasi yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
- Adobe Illustrator
- Beneba Canvas
- CorelDraw
- Macromedia Freehand
- Metacreations Expression
- Micrografx Designer
2) Aplikasi Pengolah Pixel/Gambar
Program yang termasuk dalam kelompok ini dapat dimanfaatkan untuk mengolah gambar/manipulasi foto (photo retouching). Semu objek yang diolah dalam progam-program tersebut dianggap sebagai kombinasi beberapa titik/pixel yang memiliki kerapatan dan warna tertentu, misalnya, foto. Gambar dalam foto terbentuk dari beberapa kumpulan pixel yang memiliki kerapatan dan warna tertentu. Meskipun begitu, program yang termasuk dalam kelompok ini dapat juga mengolah teks dan garis, akan tetapi dianggapa sebagai kumpulan pixel. Objek yang diimpor dari program pengolah vektor/garis, setelah diolah dengan program pengolah pixel/titik secara otomatis akan dikonversikan menjadi bentuk pixel/titik. Yang termasuk dalam aplikasi ini adalah:
- Adobe Photoshop
- Corel Photo Paint
- Macromedia Xres
- Metacreations Painter
- Metacreations Live Picture
- Micrografx Picture Publisher
- Microsoft Photo Editor
- QFX
- Wright Image

b. Konsep Grafik
Komputer didalam mempresentasikan suatu gambar/foto memliki dua bentuk, yaitu Bitmap dan Vektor grafik.
1) Bitmap
Beberapa pengertian yang berhubungan dengan bitmap antara lain:
a) Pixel
Jika kita melihat foto atau gambar yang ada di komputer maka gambar tersebut sesungguhnya adalah kumpulan dari ribuan titiktitik yang sangat kecil dan tiap-tiap titik tersebut memiliki warna tertentu. Titik-titik itulah yang umum dikenal sebagai pixel.
Resolusi Jumlah pixel per centimeter disebut sebagai resolusi. Dan resolusi itulah yang mementukan kualitas dari gambar yang dihasilkan. Gambar sering kita lihat dalam komputer umumnya mempunyai resolusi 72 pixel per inchi atau disingkat Dpi. Sebagai contoh gambar yang berukuran satu centimetermpersegi akan memiliki 72 x 72 = 5184 titik atau pixel. Misalnya gambar tersebut diperbesar dari 1 cm persegi menjadi 10 cm persegi, maka jumlah pixel keseluruhan adalah tetap yaitu 5184 pixel yang berubah adalah resolusinya, yaitu 51844 : 100 = 5,184 pixel per cm. Berarti jika suatu gambar diperbesar maka resolusinya akan semakin kecil dan mengakibatkan gambar menjadi tidak tajam. Semakin tinggi resolusi suatu gambar maka akan semakin tinggi kemampuan perbesarannya.
b) Intensitas
Pixel-pixel yang membentuk gambar tersebut memiliki warnawarna tertentu dan jumlah warna yang dimiliki oleh suatu gambar dinamakan intensitas. Biasanya dikenal istilah 256 warna, high color, 16 juta warna (true color) gradasi abu-abu (grayscale), serta hitam-putih (black and white). Semakin banyak jumlah warna dalam suatu gambar maka gambar yang dihasilkan akan semakin bagus. Jumlah warna maksimum dari gambar dapat dilihat dari jenis filenya. Misal file gambar yang berekstensi .jpg akan memiliki maksimum 16 juta warna, atau file yang berekstensi .gif memiliki jumlah warna maksimum 256.
Pada gambar bitmap sangat baik digunakan untuk merepresentasikan gambar yang sangat kompleks dan detail. Tetapi kekurangannya adalah ukuran filenya tergantung dari ukuran gambar dan resolusinya. Jika file bitmap diperbesar maka ketajaman gambar akan berkurang.
2) Vektor
Berbeda dengan bitmap, vector grafik merepresentasikan gambarnya tidak dengan menggunakan pixel, tetapi dengan kurva dan garis yang didefinisikan dalam persamaan matematis yang disebut vector.
Vector grafik ukuran gambar tidak mempengaruhi ukuran file. Jika gambar diperbesar maka ketajamannya tetap sama dengan sebelumnya. Ukuran file dari gambar vector grafik dipengaruhi oleh kompleksitas dari persamaan vector yang digunakan. Kekurangan dari vector grafik tidak mampu menampilkan secara detail dari kompleks.

2.    Imposisi
Imposisi system elektronik penyusunannya secara digital. Penggunaan sistem ini hampir tidak ada kelemahannya, kecuali jika menggunakan sumber daya manusia yang kurang kompeten.
Imposisi elektronik membutuhkan waktu yang relatif singkat karena penyusunannya secara digital, seandainya ada kesalahan penggabungan yang kurang sesuai bisa diedit secara cepat. Pengecekannya juga dapat dilihat langsung dilayar monitor. Ketepatan cetaknya dapat dipastikan register karena dikerjakan secara digital.
pada imposisi elektronik penggabungan halaman full colour dengan hitam putih tidak berbeda dan mudah untuk dikerjakan. Software yang sering digunakan untuk melakukan imposisi seperti QuarkXtension, DK&A Imposition, Impose (Barco), Signastation (Heidelberg), dan lain-lain.

3. Membuat Proof Image
a. Konvensional
Pekerjaan proof pelat cetak lebih sering disebut dengan istilah konvensional proofing, yaitu Progresive Proof atau manual proof yang proses proof cetaknya dilakukan dengan menggunakan sistem cetak offset dengan bentuk yang lebih sederhana (hampir sama seperti mesin offset sebenarnya).
Progressive proof adalah suatu proses proof cetak yg dilakukan menggunakan sistem cetak offset dlm bentuk yg lebih sederhana dan manual  sebagai panduan warna percetakan digunakan selama alur kerja kita masih menggunakan imagesetter (CtF) dilakukan satu per satu seperti pada percetakan menggunakan mesin satu warna.
Kondisi alat proof cetak saat ini semakin lama semakin kurang optimal oleh karena mesin tersebut sudah lama tidak diproduksi lagi. Selain itu terdapat bebarapa kelemahan proof cetak konvensional, sebagai berikut:
1) Dilakukan secara manual, sehingga sulit dicapai standard mutu cetak yang baik.
2) Memiliki permasalahan pada kerataan tinta pada seluruh bidang cetak.
3) Tidak adanya kestabilan warna, sehingga tiap lembar memiliki warna yang berbeda.
4) Kurang efesien, karena masih memerlukan faktor separasi.
5) Memerlukan ruangan yang cukup besar.
6) Memerlukan biaya operasional yang besar, karena memakai bahan baku pelat, kertas, tinta, chemical dan memerlukan banyak operator.
7) Warna suatu gambar akan dipengaruhi warna dominan di sekitarnya

Kelebihan Progressive Proof
1)   Lebih 'aman' dijadikan contract proof karena saat produksi jg menggunakan separasi yg sama
2)   Simulasi utk hasil cetak sebenarnya lebih mendekati karena sama2 menggunakan komponen cetak yg sama
3)   Untuk warna khusus yg sangat mirip sesuai produksi akhir sehingga biaya cukup mahal

Ketika warna hasil progresive proof yg pertama tidak sesuai pengulangan tsb biasa dilakukan dgn cara mengganti film separasinya dan mengedit digital filenya terlebi dahulu kedua, tetap menggunakan film yg sama, namun jumlah tintanya diatur saat cetak progresive proof hal ini sangat mudah dilakukan mengingat semua proses dilakukan secara manual

1) Jenis Mesin Proof Offset
Mesin proof offset terbagi menjadi beberapa jenis, hal ini disesuaikan dengan kemampuan jumlah warna yang dapat dihasilkan. Jenis mesin proof ofset yang sering digunakan oleh industri adalah sebagai berikut:
a) Mesin Proof Ofset 1 unit
b) Mesin Proof Ofset 2 unit
c) Mesin Proof Ofset 4 unit

2) Cara Kerja Mesin Proof Offset
Cara kerja mesin ini hampir sama dengan mesin cetak offset yang sesungguhnya. Pelat cetak diletakkan secara horizontal pada meja penempatan pelat. Sedangkan kertas sebagai bahan yang akan diproof diletakkan di meja penempatan kertas. Ketika proses proof dilakukan, maka pada bagian blanket akan berjalan menyentuh pelat dan kertas. Terdapat rol-rol tinta yang berfungsi untuk mendistribusikan tinta ke pelat cetak yang kemudian diteruskan ke blanket untuk dicetakan ke kertas. Proses pencetakannya adalah dengan maju mundurnya bagian rol pembawa tinta dan rol distribusi tinta untuk memberikan penintaan pada pelat cetak. Selanjutnya tinta akan menyetuh bagian image dari pelat cetak. Pada bagian image yang terkena tinta tersebut akan terbentuk pada blanket yang kemudian dari blanket dicetakan ke kertas.

b.      Digital Colour Proofing
Digital proofing memungkinkan warna hasil cetak dapat disimulasi sedekat mungkin dengan hasil digital proofing. Warna pada digital proofing sebuah Reprohouse mengacu pada warna progressive proof dimana batas kertas pada progressive proof terbatas pada artpaper. HVS atau kertas koran yang belum tentu sama dgn kertas sebenarnya saat cetak. Jika digital proofing ingin digunakan sebagai panduan warna, maka digital proofing harus menggunakan RIP Color Management dan dikalibrasi dgn benar digital proof dapat disebut juga dengan photographic proof. Haltersebut disebabkan karena adanya perkembangan dari database electronic pada photographic bahan cetak berwarna. Proof secara digital dapat dihasilkan dari image berwarna yang diambil dari perangkat scanner dan kamera digital, maupun hasil imposisi yang dikerjakan pada komputer. Beberapa tujuan dilakukannya digital proofing sebagai berikut:
1)   Design Proof/Content Proof
Sebagai proof awal yang digunakan oleh seorang desainer untuk memperlihatkan konsep dan isi desainnya.
2)   Contact Proof
Dipergunakan oleh desain grafis sebagai lampiran atas kesepakatan pekerjaan dengan pemilik/pembeli.
3)   Page Proof/Form Proof
Proof yang dibuat oleh pihak percetakan dan dipakai sebagai panduan reproduksi akhir. Biasa diperlukan untuk keperluan control dari pressroom. Pada form proof, dapat dilihat semua halaman sesuai area dari cetakan. Pada form proof ini bias ditemukan tanda-tanda untuk keperluan produksi, seperti misalnya Color Bar, Auto register Mark, Cutting Mark.
4)   Imposition Proof
Imposition proof dipakai oleh percetakan sebagai panduan posisi cetak, agar imposisi halaman sesuai dengan sitem penjilidan dan penempatan gambarnya tidak ada yang terbalik atau keliru.

1)   Proses Penintaan
Pada umumnya sekarang ini berkembang perangkat digital proofing yang menggunakan teknologi dye sublimation atau inkjet. Pada printer berteknologi dye sublimation bekerja memanfaatkan proses sublimasi, yaitu perubahan dari benda padat langsung menjadi gas. Nama lain dari priner ini adalah Dye Diffusion Thermal Transfer yang menunjukkan adanya proses pemanasan untuk mentransferkan dye (pewarna) ke kertas. Printer dye sublumination memerlukan dua meterial khusus, yakni film donor atau transfer roll ribbon, umumnya dalam bentuk gulungan plastik dengan bidang warna yellow, magenta, dan cyan. Proses pencetakan dimulai dengan warna pertama dimana film donor akan dipanaskan oleh kepala pencetak dengan resolusi 300 dpi yang menyebabkan dye padat dari film donor menguap, kemudian menyerap ke kertas receiver, dan menjadi padat kembali. Semakin tinggi panas yang diberikan akan semakin tebal pula warna yang didifusikan ke kertas. Selesai dengan warna pertama, kertas akan ditarik mundur untuk melakukan pencetakan warna kedua dan demikian seterusnya.
Printer ini memiliki keunggulan utama yang tidak dimiliki oleh printer lainnya, karena merupakan satu-satunya printer yang mampu menghasilkan reproduksi dalam bentuk continous tone. Pada dye sublimination pencampuran tersebut berlangsung secara difusi, sehingga warna-warna memang menyatu. Karenanya meski bekerja dengan resolusi 300 dpi, printer ini mampu menghasilkan cetakan dengan mutu yang setara cetakan foto.

2)   Jenis-Jenis Printer untuk Proofing
Terdapat beberapa jenis printer yang dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan proofing. Hal tersebut disesuaikan jenis dan image pekerjaannya. Apabila pekerjaan yang akan diproof adalah hitam putih, maka sebaiknya menggunakan printer hitam putih. Tetapi bila modelnya berwarna, maka lakukan print menggunakan printer berwarna. Jenis perangkat proofing yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
a)   Laser Printer
Laser printer terdiri dari dua jenis, yaitu laser printer hitam putih dan laser printer berwarna. Apabila proofing dilkukan untuk melihat kesesuai susunan, maka pergunakan laser printer hitam putih. Tetapi bila susunan merupakan rancangan full color, maka sebaiknya menggunakan laser printer berwarna.
b)   Thermal Wax
Pada thermal wax proses pembentukan warna-warna berasal dari zat pewarna yang dilarutkan dalam wax (lilin). Ketika proses pencetakan berlangsung, print head akan memanaskan lapisan lilin berwarna pada film donor hingga meleleh dan berpindah ke kertas. Citra thermal wax dibentuk dengan metode dithering (gabungan titiktitik). Dengan resolusi 300 dpi (yang dimilki oleh print head), jelas mutu reproduksi dari printer thermal wax berada di bawah mutu printer laser atau printer inkjet. Keunggulan printer thermal wax terletak pada daya tutup warnanya yang amat baik serta tidak memerlukan kertas khusus sehingga sesuai untuk desain yang mengandung bidang solid, seperti kemasan karton.
c)    Inkjet
Pada printer inkjet dikenal istilah ink-on-demand, yaitu tinta hanya akan
disemprotkan pada bagian-bagian yang mencetak. Karena lebih murah dan sederhana, ink-on-demand merupakan metoda yang umum digunakan pada printer inkjet. Pada metode ini terdapat dua teknologi yang umum digunakan, yakni bubble jet atau thermal inkjet dan piezo eletric yang diterapkan oleh Epson. Apabila digital proofing akan dioptimalkan untuk proses simulasi cetak ofset, maka sebaiknya menggunakan RIP Color. Sehingga akan diperoleh detail yang mendekati sama dengan hasil setelah pencetakan dengan mesin ofset.



4.    Computer to Film dan Computer to Plate


3 Bentuk teknologi dasar didalam CTF dan CTP
Secara garis besar, terdapat 3 jenis mekanisme yang digunakan dalam imagesetter dan platesetter untuk menghasilkan plat yang dipergunakan dalam offset printing, yaitu internal drum, external drum dan flat bed imagesetter dan platesetter.
a.    Penggunaan External Drum dalam imagesetter.
Pada proses ini, plat yang akan diberi image, diletakkan di luar drum. Plat diletakkan melingkar
mengelilingi sebuah silinder yang berputar. Dan terdapat sebuah (atau bisa beberapa) sumber laser yang ditembakkan tegak lurus terhadap bidang permukaan silinder. Seiring dengan berputarnya silinder yang memutar bidang plat, sumber laser bergerak tegal lurus dengan bidang putar silinder. Ilustrasi pergerakan silinder, plat dan sumber laser dapat dilihat pada gambar berikut.
Kelebihan imagesetter dengan mengunakan prinsip external drum adalah :
·         Optik / Sumber Laser berada sangat dekat dengan permukaan plat, sehingga mampu mengurangi distorsi sinar laser.
·         Karena optik / sumber laser berada di luar drum, maka dapat dimungkinkan untuk penggunaan optik / sumber laser secara pararel dengan jumlah yang banyak. Hal ini dapat mempercepat proses pembuatan plat pada imagesetter.

Namun, disamping kelebihannya itu, imagesetter yang cara kerjanya menggunakan prinsip eksternal drum, masih mempunyai beberapa kelemahan. Karena silinder yang membawa plat tersebut berputar, maka dimungkinkan dapat terjadi ketidakseimbangan image yang dihasilkan sebagai akibat gaya sentrifugal.


b.      Penggunaan Internal Drum dalam imagesetter
Untuk menghilangkan efek sentrifugal pada plat, dibuatlah desain internal drum. Konsep pembuatan imagesetter dengan prinsip kerja seperti ini datang dari konsep film imagesetter. Sebuah plat yang akan diberi image, diletakkan di dalam sebuah silinder. Sebuah sumber laser diletakkan di dalam silinder yang bergerak searah sumbu silinder. Pada sumber laser terdapat sebuah cermin yang mampu berotasi untuk memantulkan sinar laser ke bidang permukaan plat tegak lurus dari sumbu silinder.
Sumber laser tersebut bergerak pelan searah sumbu silinder, namun cermin pemantul sinar lasernya mampu bergerak sangat cepat dan dapat mencapai kecepatan 40.000 rpm. Untuk mengurangi efek vibrasi dari getaran 40.000 rpm tersebut, beberapa perusahaan membuat cermin pada imagesetter denngan menggunakan material yang berbahan dasar granit yang mempunyai kelebihan solid, mempunyai geometri yang stabil dan mampu menghilangkan efek vibrasi. Plat yang akan diberi image, diletakkan pada posisi diam dan yang bergerak adalah sumber lasernya.
Pada imagesetter model eksternal drum, untuk mempercepat proses pembuatan plat, maka diletakkan lebih dari satu sumber laser. Namun dalam imagesetter model ini, hal tersebut tidak dimungkinkan. Pada tahun 1997, "Luscher" memperkenalkan sistem "XPose!" untuk memberikan solusi dari permasalahan tersebut. Pada sistem "XPose!" ini, Luscher mengganti bagian cermin putarnya dengan menggunakan 64 dioda sumber laser. Sehingga dimungkinkan untuk pembuatan plat secara cepat. Konsep ini didemonstarsikan oleh Fuji Film, ECRM dan Cymbolic Science.



c.       Penggunaan Flat-Bed Design
Pada konsep ini, sebuah palt yang akan diberi image, diletakkan pada sebuah pidah datar. Sebua sinar laser dipantulkan oleh cermin poligon secara perbaris.
Namun ada kelemahan pada prinsip kerja imagesetter dengan menggunakan konsep ini. Sinar laser yang jatuhnya di ujung plat bagian luar akan mengalami distorsi dan akan menghasilkan dot yang relatif lebih besar dibandingkan dengan dot yang dihasilkan oleh sinar laser pada bagian tengah plat. Namun demikian, imagesetter model seperti ini sangat cocok digunakan untuk produksi koran-koran yang lebih mengutamakan kecepatan.


RIP (Raster Image Processing)
Kepanjangan dari RIP adalah Raster Image Processing yang artinya sebagai penerjemah dari bahasa PostScript ke dalam bentuk bitmap. Tidak semua data dapat dengan baik diterjemahkan oleh RIP. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan RIP itu sendiri, konfigurasi platform yang dipakai serta data file yang akan di-output. Setiap RIP  memiliki fasilitas “preview” yang berfungsi untuk pengecekan terakhir semua data sebelum dilakukan imaging ke film/plate/cetak. Setiap teknologi RIP dari masing-masing proses vendor memiliki ke-mampuan yang berbeda-beda dan membutuhkan ketentuan proses yang berbeda pula.
a.    Proses RIP
Proses yang terjadi pada RIP terdapat 3 macam yaitu:
1)   Interpretation
Interpretation adalah proses menerjemahkan data PostScript ke  bentuk objek.
2)      Rasterization
Rasterization adalah mengubah data objek kedalam bentuk raster.
3)      Screening
Screening adalah mengubah data raster menjadi bitmap/ titik halftone. Pada proses Ripping, data-data yang harus ditentukan adalah screen rulling, resolusi output, bentuk dot, sudut raster, warna proses dan spot, emulsi up/down, dan lain-lain.

b.   Teknologi RIP
Saat ini teknologi RIP terbagi atas 2 jenis, yaitu:
1)      Berbasis PostScript
Berbasis PostScript artinya data yang diterima oleh RIP tersebut diolah menjadi data PostScript lalu di-output.

2)      Berbasis PDF(Portable Document Format)
Bebasis PDF artinya data yang diterima oleh RIP akan diolah kedalam bentuk PDF. Saat ini kebanyakan teknology RIP yang digunakan adalah yang berbasis PDF karena selain lebih cepat proses output-nya, PDF juga mendukung proses otomatisasi alur kerja dari prepress, press, dan finishing dalam bentuk job ticket.

Istilah "Computer To Plate" menggambarkan suatu proses dalam pembuatan plate secara direct imaging yang dikontrol oleh komputer dari data-data digital.
Sesuai dengan namanya, Computer To Plate (CTP) yang mempergunakan proses direct imaging, proses pembuatan plat yang awalnya (secara konvensional) menggunakan film topografi, maka dengan menggunakan CTP, image dapat dicetak ke plat secara langsung dari file komputer.
Secara umum, komponen yang dipergunakan dalam sistem Computer To plate ini ada 3 macam
a.    Komputer
Komputer merupakan komponen utama dan juga merupakan komponen paling penting dalam alur proses ( workflow) pembuatan plat dalam sistem CTP ini. Proses Imposisi, Raster Image Processor (RIP) dan juga penyimpanan data dilakukan dengan menggunakan komputer.
b.    Imaging System
Imaging System memegang peranan yang tidak kalah penting dalam proses Computer To Plate. Transfer data digital dari komputer ke plat dilakukan oleh plat imagesetter dengan menggunakan laser dengan daya dan panjang gelombang laser disesuaikan dengan sensitivitas permukaan plat.
c.    Printing Plat
Komponen terakhir yang digunakan adalah plat. Saat ini, dapat dijumpai berbagai macam tipe plat yang digunakan pada proses Computer To Plate ini. Namun tidak semuanya bisa dipergunakan Karena harus disesuaikan dengan jenis imagesetter yang digunakan.
Alur kerja Ctp diawali dengan Input data yang terdiri dari Pengolahan teks, Layout, dan Pengolah image.
Bagian Input pertama adalah pengolahan teks yaitu teks diedit dengan pengolahan bahasa yang baik, lalu image diambil melalui scener (Input data). Setelah itu teks dan gambar disatukan dan dibuat tata letak/Layout dengan baik.
Setelah data input selesai dikerjakan dan sudah siap untuk diproses selanjutnya seluruh bagian input di kirim datanya ke bagian workstation untuk di imposisi untuk dijadikan sebagai dummy sebelum di Proofing. Setelah data tersebut jadi pada workstation selanjutnya di color proofing untuk dilihat hasil sementara apakah hasilnya sudah cocok dengan data pada workstation. Jika data proofing sudah cocok dengan data workstation data yang sudah jadi (dummy) selanjutnya dibuat plat pada mesin platesetter. Hasil akhirnya yaitu berupa plat yang siap cetak.


Kelebihan yang didapatkan dengan menggunakan Plate Platinum CtP:
a.       Kualitas yang sangat tinggi
Thermal Plate CtP menghasilkan kualitas gambar dan ketajaman gambar yang sangat baik karena merupakan first generation screen dot, yaitu pembentukan dot raster pada plate cetak langsung dari laser. Derajat ketajaman dan kualitasnya tidak dapat dicapai dengan melalui Computer to Film (CtF).
Pada pembuatan plate konvensional, walau-pun dikerjakan dengan sangat hati-hati, tetap tak dapat dihindarkan terjadinya Dot Loss pada raster dibawah 5% yang menyebabkan hilangnya ketajaman.
b.      Mempercepat waktu produksi
Thermal Plate CtP menghasilkan gambar yang sangat presisi. Plate CtP sedemikian akurat dalam hal register dan sangat bersih. Dengan menggu-nakan plate CtP, waktu yang diperlukan untuk persiapan produksi di mesin cetak untuk pemasangan plate dan pencarian register menjadi lebih singkat. Selain itu tidak diperlukan korektor plate.
Berbeda dengan plate konvensional dimana gambar yang timbul dari hasil expose film memungkinkan terjadinya pergeseran yang mengakibat-kan terjadinya miss-register, serta timbulnya kotoran yang tidak diinginkan efek dari film scratching dan debu. Akibat hal tersebut proses persiapan produksi di mesin cetak mema-kan waktu untuk menepatkan gambar/register, serta membersihkan plate dari kotoran yang tidak diinginkan (korektor plate) untuk menjaga kualitas dan kebersihan hasil cetakan.
c.       Mempercepat waktu persiapan (pracetak) dengan Imposition software
Anda memangkas waktu yang digunakan untuk mempersiapkan data digital anda untuk diserahkan ke repro film karena di Platinum CTP, anda cukup menyerahkan data digital anda, kami yang mempersiapkannya untuk menjadi plate siap cetak. Kami menggunakan software imposisi yang sangat membantu pengolahan data digital anda untuk menghasilkan layout halaman yang terintegrasi dengan sistem finishing/penjilidan yang anda inginkan.
Pada repro konvensional, anda harus melaku-kan imposisi/layout di aplikasi yang anda gunakan untuk desain. Imposisi secara konvensional ini beresiko karena file yang diputar untuk menye-suaikan layout halaman seringkali memunculkan problem, semisal gambar yang tidak ikut terputar, teks terpotong atau hilang, dan problem lainnya. hal ini tidak akan terjadi apabila menggunakan software yang spesial untuk pekerjaan imposisi/
layout.
d.      Menggunakan Thermal Plate
Plate yang dibuat di Platinum CTP mengguna-kan jenis plate thermal. Keunikan dari plate ini adalah tidak peka terhadap cahaya melainkan terhadap panas yang dikeluarkan oleh gelombang cahaya tertentu. Karena tidak peka terhadap cahaya, plate thermal dapat ditangani langsung diruang terbuka tanpa harus menggunakan lampu pengaman seperti jenis plate lain.
Keunikannya yang lain adalah emulsinya yang besifat binary, artinya image baru akan terbentuk setelah melewati nilai threshold tertentu. Dibawah nilai threshold yang ditentukan gambar tidak akan terbentuk. Hal ini berarti plate hermal tidak me-ngenal istilah over exposed atau under exposed. Saat ini plate thermal diakui merupakan plate terbaik untuk mereproduksi gambar.
e.       Dukungan GMG Color Proofing
Plate yang dibuat di Platinum CTP dilengkapi dengan Color Proofing yang dicetak dengan Hi Quality Color Plotter menggunakan Software GMG Color Proffing. Hasil proof ini akan menunjukkan kwalitas dari file yang ada print, dan dapat menjadi acuan anda dalam mencetak dengan akurasi yang tinggi sehingga menghindari ketidaksesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang tercetak.
f.       Efisiensi waktu dan biaya
Hal yang sangat krusial dalam produksi cetak adalah efisiensi waktu dan biaya. Teknologi baru dan canggih sekalipun tidak akan berguna apabila tidak menyajikan hal ini sebagai competitive advantage.
Plate yang dibuat di Platinum CTP memenuhi kriteria ini. Plate yang bersih dan presisi memu-dahkan penyetelan register di mesin. Dukungan Color Proffing memudahkan pencarian warna dan perataan tinta. asilnya adalah waktu persiapan lebih singkat dan kertas waste/inchiet berkurang drastis.




Inilah daftar masalah yang patut diperhatikan dan diwaspadai pada saat tahap Prepress berlangsung:
a.       Missing Font
Hal ini terjadi apabila kita memilih/memakai font yang tidak terdefinisi oleh printer postscript. Atau font yang digunakan tidak ikut dicopy ke disc saat di bawa ke percetakan (apabila kita mendesain sendiri halaman publikasi-kemudian dikirim ke percetakan), sedangkan di percetakan font tersebut tidak tersedia. Untuk itu, copy-lah font tersebut atau di-convert terlebih dahulu dalam desain artwork sebelum diserahkan ke percetakan / tempat pembuatan film. Usahakan sebelum meng-convert dokumen artwork dalam proses prepress, save-lah terlebih dahulu format teks aslinya secara terpisah sebagai dokumen cadangan.
b.      Wrong file format
Artwork cetak biasanya menggunakan format file .TIFF atau .EPS untuk gambar. Sehingga kalau Anda mendefinisikan file gambar Anda ke JPEG atau GIF dan lainnya untuk keperluan cetak offset, maka warnanya tidak akan sesuai dengan hasil cetak dan kualitas pixel (unsur terkecil dari gambar digital) akan rusak. Format tiff berukuran sangat besar, dan akan menjadi kendala jika pengiriman harus dilakukan by email. Tapi bagaimanapun juga hindari mengirimkan gambar dalam format jpg atau gif .
c.       Incorrect page setting or Page Set-up
Gunakan set-up halaman sesuai ukuran yang diperlukan. Jangan lupa diingat, untuk cetakan seperti brosur, undangan dan sejenisnya, sisi-sisinya akan dipotong dengan mesin potong kertas, jadi jangan lupa menambahkan luas area design beberapa milli lebih besar dari area cetak. Output harus selalu dibuat dalam ukuran sebenarnya, hanya resolusinya saja yang disesuaikan sesuai penggunaan.
d.      Missing graphics. or graphic not linked
Jika anda mengirimkan file dalam format Freehand, PageMaker atau Quark Express, Anda tetap harus mengcopy file gambar Anda ke dalam disk yang Anda kirim ke percetakan atau tempat pembuatan film (repro), karena jika tidak gambar yang anda insert dalam artwork anda tidak akan muncul di komputer yang lain.
e.       Resolution
Resolusi adalah tingkat kecerlangan (dpi, dot per inch, pixel per inch) pada gambar. Terlalu tinggi resolusi akan menyebabkan hasil yang tidak maksimal dan berlebihan sehingga memboroskan tinta. Sementara resolusi yang didefinisikan terlalu rendah akan menyebabkan gambarnya pecah atau kabur. Untuk cetak offset seperti brosur, iklan koran, majalah, dll, besaran dpi-nya minimal 300 dpi. Sedangkan cetak digital untuk keperluan outdoor (baliho, billboar, spanduk dll) bisa menggunakan 32 dpi sampai 100 dpi tergantung ukuran medianya. Untuk backdrop yang biasa dilihat dalam jarak relatif dekat sebaiknya menggunakan resolusi tidak kurang dari 72 dpi, tapi untuk billboard ukuran bisa menggunakan resolusi 32 dpi.
f.       Incorrect colours
Karena unsur warna yang digunakan monitor (komputer) berbeda dengan unsur warna cetak (percetakan) maka sering terjadi hasil cetak yang meleset warnanya. Hal ini harus kita pahami, karena komputer grafis menggunakan unsur warna sinar Red, Green, Blue (RGB Color). Sementara percetakan menggunakan unsur warna tinta Cyan, Magenta, Yellow, Black (CMYK Color). Jadi kita harus menggunakan warna CMYK apabila kita ingin membuat artwork cetak. Kalau sudah terlanjur menggunakan RGB, maka rubahlah kedalam format warna CMYK.
g.      Make the Black color as a special one
Sebaiknya tidak menggunakan warna selain hitam untuk mewarnai teks (apalagi huruf kecil2) atau garis outline pada arwork yang anda buat. Ini untuk mencegah teks/garis menjadi terlihat dobel karena registrasi yang kurang presisi. Bila ada teks yang perlu direvisi pada saat2 terakhir sebelum dicetak, anda hanya perlu mengganti selembar film saja pada warna Black-nya, tidak perlu mengganti 3 lembar lainnya (Cyan, Magenta dan Yellow).
h.      Proofing
Sebelum dicetak, kita harus melakukan proofing untuk mengetahui contoh hasil cetak nantinya. Nah, kalau kita mencetak hasil proofing dengan menggunakan printer selain printer laser atau color digital printing, biasanya hasilnya akan meleset dari perkiraan. Sekarang sudah banyak printer warna digital sampai ukuran A3+ sebagai sarana proofing sebelum naik cetak. Lebih baik lagi bila anda membuat Progressive Proof untuk mengejar presisi warna yang cocok sesuai tuntutan kualitas yang anda inginkan

ليست هناك تعليقات:

إرسال تعليق