I.
PENGERTIAN
PRACETAK
Prepress meliputi semua tahap proses
yang dibutuhkan mulai dari persiapan area cetak, teks, original image dan
graphics sampai kepada proses produksi untuk menuju kepada semua materi yang
‘siap untuk proses cetak’ yang dilakukan secara manual maupun menggunakan
computer. Pracetak dimulai
dari input data sampai desain siap cetak atau Final Artwork. Semua hal yang
dilakukan saat membuat layout artwork dengan menggunakan beragam Software
Grafis populer seperti Adobe Photoshop, Macromedia Freehand, Illustrator,
CorelDraw, PageMaker, InDesign atau QuarkExpress, dsb.
Proses
selanjutnya yaitu pembuatan film baik secara konvensional maupun
digital. Pembuatan film secara konvensional yaitu dengan fotoreproduksi film,
sedangkan secara digital menggunakan mesin Computer to Film (CtF).
Proses terakhir yaitu pembuatan pelat.
Pembuatan pelat dapat dilakukan secara konvensional menggunakan plate maker dan
film hasil fotoreproduksi maupun film dari CtF. Dapat juga dilakukan dengan
digital menggunakan Computer to Plate. Hasil akhir dari pracetak adalah plate
yang akan digunakan untuk mencetak pada bagian cetak.
II.
JENIS PEKERJAAN PRACETAK
A.
Metode
Konvensional
Pada
bagian pracetak dilakukan aktivitas yang berhubungan dengan persiapan pekerjaan
mencetak. Dengan perkembangan teknologi digital dan elektronik saat ini, bagian
pracetak telah banyak menggunakan peralatan tersebut sebagai sarana yang tepat
dalam melakukan pekerjaannya. Ketika menggunakan metode
konvensional , pekerjaan pada bagian pracetak terbagi menjadi beberapa jenis,
yaitu:
1.
Desain manual
Pekerjaan
desain manual meliputi peracangan suatu barang cetakan hingga pembuatan art
work. Biasanya dalam merancang suatu desain barang cetakan, seorang desainer
akan membuat rancangan lebih dari satu model. Rancangan yang dibuatnya dapat
berupa racangan yang full color atau hitam putih saja. Kemudian apabila hasil
rancangan tersebut telah mendapat persetujuan dari pemesan atau seorang
penanggungjawab, maka hasil rancangannya dibuatkan art work. Apabila rancangan
tersebut membutuhkan gambar ilustrasi, maka dapat dibuat olehnya bila memang
mampu. Tetapi bila desainer tidak dapat mengerjakan ilustrasinya, maka yang
ilustrasi tersebut dapat dikerjakan oleh juru gambar. Selanjutnya oleh desainer
dibuatkan rancangannya dengan ilustrasi yang dibuat orang lain.
a.
Unsur-unsur desain grafis
Sebuah
desain baik itu objek ataupun berbentuk font, selalu terdiri dari beberapa
unsur-unsur yang membentuk sebuah desain. Beberapa unsur-unsur yang ada di
desain yaitu :
1)
Garis (Line)
2)
Bentuk (Shape)
3)
Tekstur (Texture)
4)
Ruang (Space)
5)
Ukuran (Size)
6)
Warna (Color)
7) Layout:
Jenis-jenis tata letak:
Jenis-jenis tata letak:
a)
Tata Letak Miniatur
b)
Tata Letak Kasar
c)
Tata Letak Komprehensif
d)
Gambar Kerja (Artwork)
b.
Prinsip – Prinsip Desain Grafis
Dalam
bekerja seorang desainer grafis harus mempertimbangkan berbagai prinsip demi
mencapai hasil akhir yang baik. Prinsip – Prinsip Desain Grafis adalah sebagai
berikut:
1) Kesederhanaan
2) Keseimbangan
3) Kesatuan
4) Penekanan (aksentuasi)
5) Irama (repetisi)
2.
Setting computer
Pekerjaan
setting adalah pekerjaan menyusun huruf/naskah teks menggunakan komputer.
Lingkup pekerjaannya hanya melakukan penyusunan teks dengan jenis huruf, besar
huruf, jarak antar baris dan bentuk susunan yang diinginkan oleh seorang
desainer.
Sehingga
praktis pekerjaannya menuntut untuk dapat mengoperasikan komputer dengan baik.
Tetapi dengan adanya perkembangan perangkat komputer saat ini, pekerjaan
tersebut menjadi lebih luas. Apalagi dengan tersedianya software yang mendukung
pekerjaan setting, maka pekerjaan tata letak dapat dikerjakan secara langsung
dalam komputer.
a.
Kelompok Huruf
Dari sekian banyak jenis huruf maka dapat dikelompokkan/
golongkan dalam 5 kelompok besar jenis huruf.
1)
Jenis
pokok huruf Roman
Ciri huruf Roman peralihan luwes dari tebal ketipis
kaitnya berbentuk segitiga (garis kecil yang menutup garis gambar) dan
kaki.Contoh huruf: Times new romen, Garmon, Palatino
2)
Jenis
pokok huruf Bodoni
Jenis pokok huruf BodoniCiri huruf Bodoni cirinya
peralihan tiba-tiba dari tebal ke tipis, kait garis halus Contoh : Bodoni,
Egmont,
3)
Jenis
pokok huruf Egyptien
Ciri huruf Egyptien batang dan kait tegang lurus, hampir
dimana-mana sama tebal. Contoh : Atlasm Cheops, Memphis
4)
Jenis
pokok huruf San Serif
Ciri huruf bentuk kerangka tanpa kait Contoh
: Helvetica, Arial, Univers, Nobel, Helios dll
5)
Jenis
pokok huruf Fantasi
Ciri huruf bervariasi seperti tulis tangan Contoh : Brush
Scrift, French Scrift, Rosewood Str dll.
Dengan kemajuan zaman dan perubahan kondisi sesuai dengan
peradaban manusia saat ini, maka ciri dan bentuk 5 jenis huruf, ada perubahan
kelompok antara lain.
1)
Huruf
tak berkait (sans serif)
2)
Huruf
berkait (serif)
3)
Huruf
tulis (script)
4)
Huruf
Dekoratif
5)
Huruf
Monospace
Hal yang harus diperhatikan dalam menyusun teks yaitu
penentuan format susunan yang benar sesuai dengan
model yang telah ditetapkan. Ukuran kertas juga menentukan terhadap hasil dan
format susunan.
b.
Parameter Layout
Dalam menyusun suatu model teks maka tetapkanlah data
parameter untuk teks tersebut yang diantaranya terdiri dari:
1)
Font
Font adalah pilihan jenis huruf yang akan dipergunakan untuk
teks tersebut.
2) Size (Ukuran huruf (korp)
Size adalah pilihan untuk besar huruf yang akan
dipergunakan. Satuan ukuran yang dipergunakan adalah point (pt). Misalnya:
6 point, 7 point s.d. 100 point dst, dimana point adalah bagian dari dari
ukuran tipografi yang dinyatakan dengan pica dan sicero (agustin).
3)
Leading
Leading adalah penetapan jarak antar baris dari suatu
susunan teks.
4)
Type Style (Variasi huruf /keluarga
huruf)
Variasi huruf adalah gambaran dari satu jenis huruf masih
dapat dibedakan lagi antara lain: normal, Bold (tebal), Miring (italic),
Kapital, Onderkas (lowercase Type), merapat (condense), melebar (extended),Underline untuk huruf bergaris bawah, strikethru untuk huruf bergaris tengah, reverse untuk huruf berwarna putih dan seterusnya.
5)
Alignment
Alignment
adalah pilihan untuk bentuk susunan teks. Pada pekerjaan setting bentuk susunan terbagi
menjadi Align Left (rata kiri), Align right
(rata kanan), Align Centre (rata tengah), Justify/force justify (rata kiri dan kanan).
3.
Fotoreproduksi
Pada
bagian fotoreproduksi dilakukan 3 kegiatan utama, yaitu:
a.
Pemotretan/pengontakan film
Pemotretan
dilakukan dari sebuah model yang telah dirancang oleh bagian desain atau hasil
setting. Setelah mendapatkan film negatif, kemudian untuk mendapatkan film
positif dilakukan pengontakan. Bila ada model full color, maka dilakukan proses
separasi warna menggunakan perangkat scanner (drum scanner).
Sebelum teknologi image
setter berkembang luas di pasaran, proses pembuatan film dari data
komputer dipindahkan dulu melalui media kertas atau yang dikenal dengan Computer
to Paper kemudian diproses dengan menggunakan kamera reproduksi baik
itu kamera vertikal maupun horizontal untuk dipindahkan menjadi film dengan
pengembangan manual atau dengan menggunakan film processor.
Teknologi ini sudah semakin ditinggalkan oleh perusahaan percetakan, karena
prosesnya membutuhkan waktu yang lama juga hasilnya kurang maksimal. Pembesaran
titik raster (dot) menjadi semakin besar karena adanya tahapan demi tahapan
yang harus dilalui.
Penggunaan kamera vertikal maupun
horizontal masih banyak dijumpai pada percetakan-percetakan yang mengkhususkan
pada jenis atau macam cetakan yang beroplag sedikit atau cetakan-cetakan
khusus, misalnya pembuatan stempel, acuan untuk foil, dan sebagainya. Untuk
mengetahui teknologi ini, sebagai dasar keilmuan memahami teknologi yang
berkembang pesat sekarang, dibawah ini diuraikan proses dari data yang
dihasilkan komputer berupa kertas menjadi film yang siap ditransfer ke pelat
cetak.
Model kamera dapat digolongkan
menjadi 3 yaitu:
1) model garis (line copy), model garis
meliputi semua pekerjaan yang terbentuk dari garis-garis dan bidang-bidang
dengan nada tunggal. Tidak terdapat bidang-bidang bayang-bayang atau gradasi
nada. Misalnya: cetak percobaan teks yang bersih atau hasil set foto, gambar
coretan pena, peta-peta dan karikatur, foto-foto afdruk yang sudah diraster.
2) model nada lengkap (halftone copy),
model nada lengkap meliputi segala pekerjaan yang mempunyai gradasi atau
variasi nada. Contohnya: semua foto orang, gedung-gedung, pemandangan dan lain
sebagainya, lukisan minyak yang artistik, gambar bernada.
3) model warna (colour copy), model
warna meliputi semua model berwarna, baik garis maupun nada lengkap (seperti
model a & b)
b.
Montase
Dari film
positif dan film separasi kemudian dilakukan proses tata letak film yang
disebut dengan montase. Penempatan film-film tersebut dilakukan diatas astralon
sesuai dengan rancangan yang direncanakan.
Montase Film Separasi Warna
1)
Persiapan
Harus bisa
membedakan ciri-ciri warna film yaitu warna cyan memiliki nada yang paling lengkap/jelas dengan kehitaman urutan ketiga dari 4 warna dasar (C,M,Y,K), warna magenta memiliki nada dibawah warna cyan dengan kehitaman urutan kedua dar 4 warna dasa, warna yellow memiliki nada dibawah magenta dengan kehitaman urutan pertama dari 4 warna dasar dan warna black memiliki nada dibawah yellow dengan urutan kehitaman yang paling rendah dari 4 warna dasar.
2)
Membuat
Pola
Sebelum pembuatan pola dilakukan terlebih dahulu anda harus mengetahui data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi dalam membuat pola, meliputi:
a)
Harus mengetahui ukuran jadi barang cetakan, yaitu
dimaksudkan
untuk menghitung jumlah/daya tampung cetakan atau halaman dalam satu muka pelat mesin yang digunakan.
b)
Harus mengetahui ukuran area cetak maksimum mesin cetak
yang
digunakan, hal ini berhubungan erat dengan ukuran jadi
barang
cetakan yaitu menentukan daya tampung/jumlah halaman
(bila
berupa buku) dalam satu muka pelat cetak.
c)
Harus mengetahui ukuran maksimum kertas cetak pada mesin cetak yang digunakan, ini dimaksudkan untuk mengetahui masuk tidaknya ukuran kertas dari hasil montase yang akan dicetak pada mesin yang akan digunakan.
d)
Harus mengetahui jumlah halaman bila berupa buku, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui jumlah pelat yang digunakan dan jumlah katern.
e)
Harus mengetahui system jilid yaitu jahit kawat, jahit
benang atau
lem panas (binding), hal ini bertujuan untuk menentukan
cara
menyusun katern-katern buku apakah disusun secara sisip
atau
secara tumpuk.
Selain harus mengetahui 5 faktor yang mempengaruhi dalam pembuatan pola,
anda juga harus mengetahui factor jumlah warna dalam hal
ini untuk
memudahkan dalam menyiapkan jumlah astralon/pelat yang
digunakan.
Setelah
diketahui faktor-faktor tersebut maka dilakukan penghitungan dan dapat diketahui/ditentukan jumlah halaman dalam satu muka, jumlah katern, area cetak satu muka untuk mencetak barang cetakan tersebut, ukuran kertas yang akan dicetak.
3)
Sistem
Montase
Untuk montase barang cetakan yang dilipat dan dijilid (buku/majalah) maka dalam pengaturan halaman susunannya harus benar bila pencetakan dan pelipatan selesai dikerjakan. Biasanya lembaran kertas dicetak bolak balik, untuk itu pengaturan halaman dapat dilakukan dengan 2 cara meliputi:
a)
Pencetakan secara “Outside dan Inside”
yaitu dibutuhkan 2 acuan/pelat untuk mencetak bagian muka dan belakang lembaran kertas, misalnya suatu lembaran dengan 8 halaman akan dicetak dengan mesin ukuran 4 halaman, artinya 4 halaman dicetak dimuka (outside) dan 4 halaman dicetak dibelakang (inside).
b)
Pencetakan secara “Work and Turn”
yaitu hanya dibutuhkan 1 acuan/pelat untuk mencetak suatu lembaran pada kedua permukaan kertas bagaian muka dan bagaian belakang.
Dalam
pencetakan yang dilakukan pada dua muka yaitu setelah lembar muka dicetak, selanjutnya kertas itu harus dibalik dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri dan muka yang lain (belakang) dicetak dengan pelat yang sama, sisi kertas tempat griper (penjepi) tetap pada posisi yang sama. Hal ini untuk memperoleh kepastian penempatan yang benar untuk pencetakan dua muka yang sama. Kertas selanjutnya dipotong tengah-tengah sehingga diperoleh 2 lembar dengan hasil cetak yang sama.
Ada juga
dalam membalik kertas untuk mencetak muka yang lain belakang) dengan cara sisi kertas tempat gripper berubah, sisi side lay berada tetap tinggal tempat yang sama, gripper muka lembar yang telah dicetak dijungkir balik ke belakang sehingga permukaan kertas yang belum tercetak berada di atas, ini disebut dengan “tumbling”.
Dalam melaksanakan montase separasi warna ada 3 cara yaitu sistem tumpuk, sistem alas tunggal dan sistem punch register.
c)
Sistem Tumpuk yaitu: montase sparasi warna dengan menggunakan
astralon 4 lembar sebagai alas untuk menempelkan film 4
warna dimana setiap lembar astralon untuk menempel 1 warna.
d)
Sistem Alas Tunggal atau disebut juga dengan system Blue key yaitu montase
sparasi warna film (C, M, Y, K) yang dilakukan dengan
menggunakan satu alas tunggal, yang biasanya dipakai lembaran khusus hostaphan/Colour foil blue cyan yang warnanya bening (tembus pandang). Dalam montase dengan menggunakan blue key memiliki kelemahan yaitu bila terjadi kerusakan pada pelat misalnya magenta atau yellow harus dilakukan pekerjaan montase ulang untuk masing-masing film. Bila dibanding dengan system tumpuk, system blue key memiliki ketepatan cetak lebih terjamin karena hanya menggunakan satu alas untuk montase, demikian juga dengan tanda-tanda pas penepatnya hingga dapat dipastikan bahwa ketepatan cetaknya lebih terjamin. Kesalahan paralaks tidak dijumpai dalam montase system ini.
e)
Sistem Punch Register adalah system yang lebih banyak diterapkan pada
perusahaan percetakan yaitu montase dengan menggunakan
astralon yang terlebih dahulu dilubangi atau dipuch yang
selanjutnya dilakukan montase satu demi satu setiap lembaran astralon.
c.
Pembuatan acuan cetak offset
Proses
selanjutnya adalah memindahkan hasil montase pada pelat cetak menggunakan
perangkat kontak pelat. Sehingga diperoleh pelat cetak yang siap dilakukan
pencetakan menggunakan mesin cetak offset.
1) Jenis Pelat Cetak Ofset
Pelat cetak
ofset adalah keping atau lembaran logam tipis (Zn) yang salah satu permukaannya
atau dua permukaannya dilapisi dengan bahan peka cahaya. Pelat berdasarkan
bahan peka cahayadapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a)
Sensitized plate
Bahan dasar
pelat sensitized adalah terbuat dari seng (zn) yang dilapisi dengan bahan peka
cahaya. Campuran bahan peka cahaya yang digunakan adalah amonium bichromate,
albumen, gom arabika, salatin dan dextrin.
b)
Presensitized plate
Pelat
presensitized adalah pelat cetak yang dibuat oleh pabrik pembuat pelat cetak
ofset. Menurut cara kerjanya, pelat presensitized dapat terbagi menjadi 2 jenis
pelat, yaitu pelat negatif dan pelat positif. Pelat negatif adalah pelat yang
prinsip kerjanya pada bagian yang terkena sinar akan mengeras dan bagian yang
tidak terkena sinar akan larut bila dicuci menggunakan bahan developer. Pelat
positif adalah pelat yang prinsip kerjanya pada bagian yang terkena sinar akan
larut dan bagian yang tidak terkena sinar akan mengeras bila dicuci dengan
menggunakan bahan developer.
2) Model
Film
Model film
yang akan diproses pada pelat cetak ofset terdiri dari 2 jenis, yaitu:
a) Film
positif
b) Film
negatif
3)
Menempatkan Film pada Pelat Cetak Offset
Film yang
akan disinari pada pelat cetak ofset harus diletakkan dengan benar sebelum
dilakukan proses penyinaran. Format tersebut harus disesuaikan dengan format
mesin cetak offset yang akan digunakan untuk mencetak. Letak posisi film yang
akan disinari harus pada posisi simetris antara bagian kanan dan kirinya.
Kemudian pada sisi atas film harus diletakkan pada jarak tertentu dengan
memperhatikan griper mesin cetak, awal kertas dan awal cetakan. Sehingga kertas
yang akan digunakan untuk mencetak juga harus dipersiapkan sebaik mungkin agar
tidak terlalu besar atau terlalu kecil ukurannya.
4) Peralatan
Pembuatan Acuan Cetak Ofset
Untuk
melakukan proses penyinaran pada pelat cetak ofset digunakan perangkat yang
disebut dengan mesin kontak pelat (Platemaker). Pada mesin ini sinar yang
digunakan adalah berupa sinar Ultra Violet (UV), Peralatan platemaker sekarang
ini telah dilengkapi dengan pengaturan waktu penyinaran secara digital,
pengaturan vacum dan penyimpanan memori penyinaran. Agar pada saat proses
penyinaran tidak terjadi pembiasan sinar, maka pada peralatan tersebut juga
dilengkapi dengan korden penutup pada di sekeliling sisinya. Jarak antara lampu
dengan pelat yang akan disinari juga harus diperhitungkan, jangan sampai
terlalu jauh atau terlalu dekat
.
5) Proses
Pengembangan
Proses
pengembangan pelat cetak ofset dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a) Secara
manual
Pengembangan
pelat cetak secara manual dilakukan dengan memberikan cairan developer pada
bagian permukaan pelat secara merata. Kemudian menggunakan spon yang halus seka
permukaan pelat secara merata dan teratur. Bila cairan developer bekerja, maka
pada pelat cetak positif dengan model film positif bagian yang terkena sinar
akan rontok sedangkan yang tidak terkena sinar akan mengeras dan membentuk
image. Pada pelat negatif pada bagian yang terkena sinar akan mengeras dan
bagian yang tidak terkena sinar akan rontok. Setelah diberikan cairan
developer, maka bersihkan sisa cairan tersebut dengan membilasnya dengan air.
b)
Menggunakan prosesor pelat cetak
Pelat cukup
dimasukkan pada prosesor tersebut dan secara otomatis prosesor akan memroses
pelat tersebut. Sebab dalam prosesor telah terdapat cairan developer dan
rol-rol pembawa pelat yang membawa ke bagian developer dan seterusnya sampai
pada bagian pengering, sehingga diperoleh pelat cetak yang siap untuk
dipergunakan untuk mencetak. Penggunaan prosesor pelat harus diperhatikan
lamanya/kecepatan rol pembawa pelat berjalan yang secara langsung juga
mempengaruhi hasil pelat cetak. Dengan developer yang dipakai untuk beberapa
kali pengembangan tentu waktu/kecepatan proses pengembangan akan berbeda
apabila developer telah digunakan berkali-kali.
6)
Penggunaan Densitometer
Densitometer
dipergunakan untuk mengukur densiti pelat hasil pengembangan. Dengan
menggunakan densitometer akan diketahui apakah pelat tersebut telah memenuhi
standar yang telah ditentukan atau belum. Untuk melihat titik raster
dipergunakan loupe pada grey scale yang telah terpasang pada pelat cetak.
7) Perawatan
Pelat Cetak Ofset
Perawatan
pada pelat cetak ofset dilakukan untuk menghindari kerusakan pada image yang
telah diproses. Biasanya perawatan dilakukan sebelum pelat cetak digunakan
untuk mencetak. Perawatan dilakukan dengan melapisi pada seluruh permukaan
pelat yang telah diproses menggunakan gom arabika. Kemudian bila pelat cetak
tersebut akan dipakai mencetak, bersihkan lapisan gom dengan membilas
menggunakan air. Dengan memberikan lapisan gom selain menghindari kerusakan
akibat goresan pada imagenya, dapat juga sebagai pelindung dari cahaya terbuka
yang langsung mengenai pelat cetak.
Hal tersebut diatas merupakan metode yang digunakan ketika
bagian perangkat pracetak belum banyak berkembang. Tetapi dengan perkembangan
perangkat pracetak sekarang ini, maka metoda yang dilakukan sudah banyak
berubah. Dengan digunakannya perangkat yang modern dan semakin mudah dalam
penggunaannya, diharapkan kualitas hasil cetak akan lebih baik. Karena kualitas
hasil cetak yang telah dianggap baik oleh bagian produksi, belum tentu sesuai
dengan keinginan pelanggan. Banyak
faktor yang saling mempengaruhi untuk mendapatkan kualitas cetak yang baik. Tahapan proses dari konsep desain, pracetak, cetak, sampai finishing memiliki peran yang sangat penting dalam menghasilkan hasil cetak yang berkualitas.
faktor yang saling mempengaruhi untuk mendapatkan kualitas cetak yang baik. Tahapan proses dari konsep desain, pracetak, cetak, sampai finishing memiliki peran yang sangat penting dalam menghasilkan hasil cetak yang berkualitas.
B.
Metode Digital
1. Desain secara elektronik
Desain adalah salah satu penunjang dari kelangsungan
sirkulasi sebuah majalah, desain juga dapat mempengaruhi para konsumen untuk
membeli majalah yang dipasarkan. Dalam mendesain diperlukan daya imajinatif dan
kreativitas guna merealisasikan majalah yang hendak diterbitkan.
a. Program Pengolah Grafis
Oleh
karena desain grafis dibagi menjadi beberapa kategori maka sarana untuk
mengolah pun berbeda-beda, bergantung pada kebutuhan dan tujuan pembuatan
karya.
1)
Aplikasi Pengolah Vektor/Garis
Program
yang termasuk dalam kelompok ini dapat digunakan untuk membuat gambar dalam
bentuk vektor/garis sehingga sering disebut sebagai Illustrator Program.
Seluruh objek yang dihasilkan berupa kombinasi beberapa garis, baik berupa
garis lurus maupun lengkung. Aplikasi yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
- Adobe Illustrator
- Beneba Canvas
- CorelDraw
- Macromedia Freehand
- Metacreations Expression
- Micrografx Designer
- Adobe Illustrator
- Beneba Canvas
- CorelDraw
- Macromedia Freehand
- Metacreations Expression
- Micrografx Designer
2)
Aplikasi Pengolah Pixel/Gambar
Program yang termasuk dalam kelompok ini dapat dimanfaatkan untuk mengolah gambar/manipulasi foto (photo retouching). Semu objek yang diolah dalam progam-program tersebut dianggap sebagai kombinasi beberapa titik/pixel yang memiliki kerapatan dan warna tertentu, misalnya, foto. Gambar dalam foto terbentuk dari beberapa kumpulan pixel yang memiliki kerapatan dan warna tertentu. Meskipun begitu, program yang termasuk dalam kelompok ini dapat juga mengolah teks dan garis, akan tetapi dianggapa sebagai kumpulan pixel. Objek yang diimpor dari program pengolah vektor/garis, setelah diolah dengan program pengolah pixel/titik secara otomatis akan dikonversikan menjadi bentuk pixel/titik. Yang termasuk dalam aplikasi ini adalah:
- Adobe Photoshop
- Corel Photo Paint
- Macromedia Xres
- Metacreations Painter
- Metacreations Live Picture
- Micrografx Picture Publisher
- Microsoft Photo Editor
- QFX
- Wright Image
Program yang termasuk dalam kelompok ini dapat dimanfaatkan untuk mengolah gambar/manipulasi foto (photo retouching). Semu objek yang diolah dalam progam-program tersebut dianggap sebagai kombinasi beberapa titik/pixel yang memiliki kerapatan dan warna tertentu, misalnya, foto. Gambar dalam foto terbentuk dari beberapa kumpulan pixel yang memiliki kerapatan dan warna tertentu. Meskipun begitu, program yang termasuk dalam kelompok ini dapat juga mengolah teks dan garis, akan tetapi dianggapa sebagai kumpulan pixel. Objek yang diimpor dari program pengolah vektor/garis, setelah diolah dengan program pengolah pixel/titik secara otomatis akan dikonversikan menjadi bentuk pixel/titik. Yang termasuk dalam aplikasi ini adalah:
- Adobe Photoshop
- Corel Photo Paint
- Macromedia Xres
- Metacreations Painter
- Metacreations Live Picture
- Micrografx Picture Publisher
- Microsoft Photo Editor
- QFX
- Wright Image
b. Konsep Grafik
Komputer didalam mempresentasikan suatu gambar/foto memliki
dua bentuk, yaitu Bitmap dan Vektor grafik.
1) Bitmap
Beberapa pengertian yang berhubungan dengan bitmap antara
lain:
a) Pixel
Jika kita melihat foto atau gambar yang ada di komputer maka
gambar tersebut sesungguhnya adalah kumpulan dari ribuan titiktitik yang sangat
kecil dan tiap-tiap titik tersebut memiliki warna tertentu. Titik-titik itulah
yang umum dikenal sebagai pixel.
Resolusi Jumlah pixel per centimeter disebut sebagai
resolusi. Dan resolusi itulah yang mementukan kualitas dari gambar yang
dihasilkan. Gambar sering kita lihat dalam komputer umumnya mempunyai resolusi
72 pixel per inchi atau disingkat Dpi. Sebagai contoh gambar yang berukuran
satu centimetermpersegi akan memiliki 72 x 72 = 5184 titik atau pixel. Misalnya
gambar tersebut diperbesar dari 1 cm persegi menjadi 10 cm persegi, maka jumlah
pixel keseluruhan adalah tetap yaitu 5184 pixel yang berubah adalah
resolusinya, yaitu 51844 : 100 = 5,184 pixel per cm. Berarti jika suatu gambar
diperbesar maka resolusinya akan semakin kecil dan mengakibatkan gambar menjadi
tidak tajam. Semakin tinggi resolusi suatu gambar maka akan semakin tinggi
kemampuan perbesarannya.
b) Intensitas
Pixel-pixel yang membentuk gambar tersebut memiliki
warnawarna tertentu dan jumlah warna yang dimiliki oleh suatu gambar dinamakan
intensitas. Biasanya dikenal istilah 256 warna, high color, 16 juta warna (true
color) gradasi abu-abu (grayscale), serta hitam-putih (black and white).
Semakin banyak jumlah warna dalam suatu gambar maka gambar yang dihasilkan akan
semakin bagus. Jumlah warna maksimum dari gambar dapat dilihat dari jenis
filenya. Misal file gambar yang berekstensi .jpg akan memiliki maksimum 16 juta
warna, atau file yang berekstensi .gif memiliki jumlah warna maksimum 256.
Pada gambar bitmap sangat baik digunakan untuk
merepresentasikan gambar yang sangat kompleks dan detail. Tetapi kekurangannya
adalah ukuran filenya tergantung dari ukuran gambar dan resolusinya. Jika file
bitmap diperbesar maka ketajaman gambar akan berkurang.
2) Vektor
Berbeda dengan bitmap, vector grafik merepresentasikan
gambarnya tidak dengan menggunakan pixel, tetapi dengan kurva dan garis yang
didefinisikan dalam persamaan matematis yang disebut vector.
Vector grafik ukuran gambar tidak mempengaruhi ukuran file.
Jika gambar diperbesar maka ketajamannya tetap sama dengan sebelumnya. Ukuran
file dari gambar vector grafik dipengaruhi oleh kompleksitas dari persamaan
vector yang digunakan. Kekurangan dari vector grafik tidak mampu menampilkan
secara detail dari kompleks.
2.
Imposisi
Imposisi
system elektronik penyusunannya secara digital. Penggunaan sistem ini hampir
tidak ada kelemahannya, kecuali jika menggunakan sumber daya manusia yang
kurang kompeten.
Imposisi
elektronik membutuhkan waktu yang relatif singkat karena penyusunannya secara
digital, seandainya ada kesalahan penggabungan yang kurang sesuai bisa diedit
secara cepat. Pengecekannya juga dapat dilihat langsung dilayar monitor.
Ketepatan cetaknya dapat dipastikan register karena dikerjakan secara digital.
pada
imposisi elektronik penggabungan halaman full colour dengan hitam putih tidak
berbeda dan mudah untuk dikerjakan. Software yang sering digunakan untuk
melakukan imposisi seperti QuarkXtension, DK&A Imposition, Impose (Barco),
Signastation (Heidelberg), dan lain-lain.
3. Membuat Proof Image
a. Konvensional
Pekerjaan proof pelat cetak
lebih sering disebut dengan istilah konvensional proofing, yaitu Progresive
Proof atau manual proof yang proses proof cetaknya dilakukan dengan menggunakan
sistem cetak offset dengan bentuk yang lebih sederhana (hampir sama seperti
mesin offset sebenarnya).
Progressive proof adalah suatu proses proof
cetak yg dilakukan menggunakan sistem cetak offset dlm bentuk yg lebih
sederhana dan manual sebagai panduan
warna percetakan digunakan selama alur kerja kita masih menggunakan imagesetter
(CtF) dilakukan satu per satu seperti pada percetakan menggunakan mesin satu
warna.
Kondisi alat proof cetak saat
ini semakin lama semakin kurang optimal oleh karena mesin tersebut sudah lama tidak
diproduksi lagi. Selain itu terdapat bebarapa kelemahan proof cetak
konvensional, sebagai berikut:
1) Dilakukan secara manual,
sehingga sulit dicapai standard mutu cetak yang baik.
2) Memiliki permasalahan pada
kerataan tinta pada seluruh bidang cetak.
3) Tidak adanya kestabilan
warna, sehingga tiap lembar memiliki warna yang berbeda.
4) Kurang efesien, karena masih
memerlukan faktor separasi.
5) Memerlukan ruangan yang cukup
besar.
6) Memerlukan biaya operasional
yang besar, karena memakai bahan baku pelat, kertas, tinta, chemical dan
memerlukan banyak operator.
7)
Warna suatu gambar akan dipengaruhi warna dominan di sekitarnya
Kelebihan
Progressive Proof
1)
Lebih 'aman' dijadikan contract
proof karena saat produksi
jg menggunakan separasi yg sama
2)
Simulasi utk hasil cetak
sebenarnya lebih mendekati karena sama2 menggunakan komponen cetak yg sama
3)
Untuk warna khusus yg sangat mirip
sesuai produksi akhir sehingga biaya cukup mahal
Ketika warna hasil progresive
proof yg pertama tidak sesuai pengulangan
tsb biasa dilakukan dgn cara mengganti film separasinya dan mengedit digital
filenya terlebi dahulu kedua, tetap menggunakan film yg sama, namun jumlah
tintanya diatur saat cetak progresive proof hal ini sangat mudah dilakukan
mengingat semua proses dilakukan secara manual
1) Jenis Mesin Proof Offset
Mesin proof offset terbagi
menjadi beberapa jenis, hal ini disesuaikan dengan kemampuan jumlah warna yang
dapat dihasilkan. Jenis mesin proof ofset yang sering digunakan oleh industri
adalah sebagai berikut:
a) Mesin Proof Ofset 1 unit
b) Mesin Proof Ofset 2 unit
c) Mesin Proof Ofset 4 unit
2) Cara Kerja Mesin Proof Offset
Cara kerja mesin ini hampir sama
dengan mesin cetak offset yang sesungguhnya. Pelat cetak diletakkan secara
horizontal pada meja penempatan pelat. Sedangkan kertas sebagai bahan yang akan
diproof diletakkan di meja penempatan kertas. Ketika proses proof dilakukan,
maka pada bagian blanket akan berjalan menyentuh pelat dan kertas. Terdapat
rol-rol tinta yang berfungsi untuk mendistribusikan tinta ke pelat cetak yang
kemudian diteruskan ke blanket untuk dicetakan ke kertas. Proses pencetakannya
adalah dengan maju mundurnya bagian rol pembawa tinta dan rol distribusi tinta
untuk memberikan penintaan pada pelat cetak. Selanjutnya tinta akan menyetuh
bagian image dari pelat cetak. Pada bagian image yang terkena tinta tersebut
akan terbentuk pada blanket yang kemudian dari blanket dicetakan ke kertas.
b.
Digital Colour Proofing
Digital
proofing memungkinkan warna hasil cetak dapat disimulasi sedekat mungkin
dengan
hasil digital proofing. Warna pada digital proofing sebuah
Reprohouse mengacu pada warna progressive proof dimana
batas kertas pada progressive proof terbatas pada artpaper. HVS atau kertas
koran yang belum tentu sama dgn kertas sebenarnya
saat cetak.
Jika digital proofing ingin digunakan sebagai
panduan warna, maka digital proofing harus menggunakan RIP Color Management dan
dikalibrasi dgn benar digital
proof dapat disebut juga dengan photographic proof. Haltersebut disebabkan karena
adanya perkembangan dari database electronic
pada photographic bahan cetak berwarna. Proof secara digital dapat dihasilkan dari image berwarna yang diambil dari perangkat scanner dan kamera digital, maupun hasil imposisi yang dikerjakan pada komputer. Beberapa tujuan dilakukannya digital proofing sebagai berikut:
1)
Design Proof/Content Proof
Sebagai proof awal yang digunakan oleh
seorang desainer untuk memperlihatkan
konsep dan isi desainnya.
2)
Contact Proof
Dipergunakan oleh desain grafis sebagai
lampiran atas kesepakatan pekerjaan
dengan pemilik/pembeli.
3)
Page Proof/Form Proof
Proof yang dibuat oleh pihak percetakan
dan dipakai sebagai panduan
reproduksi akhir. Biasa diperlukan untuk keperluan control dari pressroom. Pada form proof,
dapat dilihat semua halaman sesuai
area dari cetakan. Pada form proof ini bias ditemukan tanda-tanda untuk keperluan produksi,
seperti misalnya Color Bar, Auto register
Mark, Cutting Mark.
4)
Imposition Proof
Imposition proof dipakai oleh
percetakan sebagai panduan posisi cetak,
agar imposisi halaman sesuai dengan sitem penjilidan dan penempatan gambarnya tidak ada
yang terbalik atau keliru.
1)
Proses Penintaan
Pada
umumnya sekarang ini berkembang perangkat digital proofing yang menggunakan teknologi dye
sublimation atau inkjet. Pada printer
berteknologi dye sublimation bekerja memanfaatkan proses sublimasi, yaitu perubahan dari
benda padat langsung menjadi gas. Nama
lain dari priner ini adalah Dye Diffusion Thermal Transfer yang menunjukkan adanya proses
pemanasan untuk mentransferkan dye (pewarna)
ke kertas. Printer dye sublumination memerlukan dua meterial khusus, yakni film
donor atau transfer roll ribbon, umumnya dalam bentuk gulungan plastik
dengan bidang warna yellow, magenta, dan
cyan. Proses pencetakan dimulai dengan warna pertama dimana film donor akan dipanaskan oleh
kepala pencetak dengan resolusi 300 dpi
yang menyebabkan dye padat dari film donor menguap, kemudian menyerap ke kertas receiver, dan
menjadi padat kembali. Semakin tinggi
panas yang diberikan akan semakin tebal pula warna yang didifusikan ke kertas. Selesai
dengan warna pertama, kertas akan ditarik mundur untuk melakukan
pencetakan warna kedua dan demikian seterusnya.
Printer ini memiliki keunggulan utama yang
tidak dimiliki oleh printer lainnya,
karena merupakan satu-satunya printer yang mampu menghasilkan reproduksi dalam
bentuk continous tone. Pada dye sublimination
pencampuran tersebut berlangsung secara difusi, sehingga warna-warna memang
menyatu. Karenanya meski bekerja dengan
resolusi 300 dpi, printer ini mampu menghasilkan cetakan dengan mutu yang setara cetakan
foto.
2) Jenis-Jenis Printer untuk Proofing
Terdapat
beberapa jenis printer yang dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan proofing.
Hal tersebut disesuaikan jenis dan image
pekerjaannya. Apabila pekerjaan yang akan diproof adalah hitam putih, maka sebaiknya
menggunakan printer hitam putih. Tetapi bila modelnya berwarna, maka lakukan
print menggunakan printer berwarna.
Jenis perangkat proofing yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
a)
Laser Printer
Laser printer terdiri dari dua jenis,
yaitu laser printer hitam putih dan laser
printer berwarna. Apabila proofing dilkukan untuk melihat kesesuai susunan, maka
pergunakan laser printer hitam putih. Tetapi bila susunan merupakan rancangan
full color, maka sebaiknya menggunakan
laser printer berwarna.
b)
Thermal Wax
Pada thermal wax proses pembentukan
warna-warna berasal dari zat pewarna
yang dilarutkan dalam wax (lilin). Ketika proses pencetakan berlangsung, print head akan
memanaskan lapisan lilin berwarna pada
film donor hingga meleleh dan berpindah ke kertas. Citra thermal wax dibentuk dengan
metode dithering (gabungan titiktitik). Dengan resolusi 300 dpi (yang
dimilki oleh print head), jelas mutu
reproduksi dari printer thermal wax berada di bawah mutu printer laser atau printer
inkjet. Keunggulan printer thermal wax terletak
pada daya tutup warnanya yang amat baik serta tidak memerlukan kertas khusus
sehingga sesuai untuk desain yang mengandung
bidang solid, seperti kemasan karton.
c)
Inkjet
Pada printer inkjet dikenal istilah ink-on-demand, yaitu tinta hanya
akan
disemprotkan pada bagian-bagian yang mencetak. Karena lebih
murah dan
sederhana, ink-on-demand merupakan
metoda yang umum digunakan
pada printer inkjet. Pada metode ini terdapat dua teknologi yang umum digunakan,
yakni bubble jet atau thermal inkjet
dan piezo eletric yang diterapkan oleh Epson. Apabila digital proofing akan
dioptimalkan untuk proses simulasi cetak ofset, maka sebaiknya
menggunakan RIP Color. Sehingga akan diperoleh
detail yang mendekati sama dengan hasil setelah pencetakan dengan mesin ofset.
4.
Computer to Film dan Computer to Plate
3 Bentuk teknologi
dasar didalam CTF dan CTP
Secara
garis besar, terdapat 3 jenis mekanisme yang digunakan dalam imagesetter dan platesetter untuk menghasilkan plat yang
dipergunakan dalam offset printing, yaitu internal drum, external drum dan flat
bed imagesetter dan
platesetter.
a.
Penggunaan External Drum dalam
imagesetter.
Pada proses ini, plat yang akan diberi image, diletakkan di luar drum. Plat diletakkan melingkar mengelilingi sebuah silinder yang berputar. Dan terdapat sebuah (atau bisa beberapa) sumber laser yang ditembakkan tegak lurus terhadap bidang permukaan silinder. Seiring dengan berputarnya silinder yang memutar bidang plat, sumber laser bergerak tegal lurus dengan bidang putar silinder. Ilustrasi pergerakan silinder, plat dan sumber laser dapat dilihat pada gambar berikut.
Pada proses ini, plat yang akan diberi image, diletakkan di luar drum. Plat diletakkan melingkar mengelilingi sebuah silinder yang berputar. Dan terdapat sebuah (atau bisa beberapa) sumber laser yang ditembakkan tegak lurus terhadap bidang permukaan silinder. Seiring dengan berputarnya silinder yang memutar bidang plat, sumber laser bergerak tegal lurus dengan bidang putar silinder. Ilustrasi pergerakan silinder, plat dan sumber laser dapat dilihat pada gambar berikut.
Kelebihan
imagesetter dengan mengunakan prinsip external drum adalah :
·
Optik / Sumber Laser berada sangat dekat
dengan permukaan plat, sehingga
mampu mengurangi distorsi sinar
laser.
·
Karena optik / sumber laser berada di
luar drum, maka dapat dimungkinkan untuk penggunaan optik / sumber laser secara pararel dengan
jumlah yang banyak. Hal ini dapat mempercepat proses pembuatan
plat pada imagesetter.
Namun,
disamping kelebihannya itu, imagesetter yang cara kerjanya menggunakan prinsip
eksternal drum, masih mempunyai beberapa
kelemahan. Karena silinder yang membawa plat tersebut berputar, maka dimungkinkan dapat terjadi
ketidakseimbangan image yang dihasilkan sebagai akibat gaya sentrifugal.
b.
Penggunaan Internal Drum dalam
imagesetter
Untuk
menghilangkan efek sentrifugal pada plat, dibuatlah desain internal drum.
Konsep pembuatan imagesetter
dengan prinsip kerja seperti ini datang dari konsep film imagesetter. Sebuah
plat yang akan diberi image, diletakkan di dalam sebuah
silinder. Sebuah sumber laser diletakkan di dalam silinder yang bergerak searah sumbu silinder. Pada
sumber laser terdapat sebuah cermin yang mampu berotasi untuk memantulkan sinar laser ke bidang
permukaan plat tegak lurus dari sumbu silinder.
Sumber
laser tersebut bergerak pelan searah sumbu silinder, namun cermin pemantul
sinar lasernya mampu bergerak sangat cepat dan dapat
mencapai kecepatan 40.000 rpm. Untuk mengurangi efek vibrasi dari getaran 40.000 rpm tersebut,
beberapa perusahaan membuat cermin pada imagesetter denngan menggunakan material yang berbahan dasar
granit yang mempunyai kelebihan solid, mempunyai geometri yang stabil dan mampu menghilangkan efek
vibrasi. Plat yang akan diberi image, diletakkan pada posisi diam dan yang bergerak adalah sumber
lasernya.
Pada
imagesetter model eksternal drum, untuk mempercepat proses pembuatan plat, maka
diletakkan lebih dari satu sumber laser. Namun
dalam imagesetter model ini, hal tersebut tidak dimungkinkan. Pada tahun 1997, "Luscher"
memperkenalkan sistem "XPose!" untuk memberikan solusi dari
permasalahan tersebut. Pada sistem "XPose!"
ini, Luscher mengganti bagian cermin putarnya dengan menggunakan 64 dioda sumber laser. Sehingga
dimungkinkan untuk pembuatan plat secara cepat. Konsep ini didemonstarsikan oleh Fuji Film, ECRM
dan Cymbolic Science.
c.
Penggunaan Flat-Bed Design
Pada
konsep ini, sebuah palt yang akan diberi image, diletakkan pada sebuah pidah
datar. Sebua sinar laser
dipantulkan oleh cermin poligon secara perbaris.
Namun
ada kelemahan pada prinsip kerja imagesetter dengan menggunakan konsep ini.
Sinar laser yang jatuhnya di
ujung plat bagian luar akan mengalami distorsi dan akan menghasilkan dot yang
relatif lebih besar dibandingkan dengan dot yang
dihasilkan oleh sinar laser pada bagian tengah plat. Namun demikian, imagesetter model seperti ini sangat
cocok digunakan untuk produksi koran-koran yang lebih mengutamakan
kecepatan.
RIP (Raster Image Processing)
Kepanjangan dari RIP adalah Raster Image Processing
yang artinya sebagai penerjemah dari bahasa PostScript ke dalam bentuk bitmap.
Tidak semua data dapat dengan baik diterjemahkan oleh RIP. Hal ini dipengaruhi
oleh kemampuan RIP itu sendiri, konfigurasi platform yang dipakai serta
data file yang akan di-output. Setiap RIP memiliki fasilitas “preview” yang
berfungsi untuk pengecekan terakhir semua data sebelum dilakukan imaging
ke film/plate/cetak. Setiap teknologi RIP dari masing-masing
proses vendor memiliki ke-mampuan yang berbeda-beda dan membutuhkan
ketentuan proses yang berbeda pula.
a. Proses RIP
Proses yang terjadi pada RIP terdapat 3 macam yaitu:
1) Interpretation
Interpretation adalah proses menerjemahkan data PostScript
ke bentuk objek.
2) Rasterization
Rasterization
adalah mengubah data objek kedalam
bentuk raster.
3) Screening
Screening adalah mengubah data raster menjadi
bitmap/ titik halftone. Pada proses Ripping, data-data
yang harus ditentukan adalah screen rulling, resolusi output,
bentuk dot, sudut raster, warna proses dan spot, emulsi
up/down, dan lain-lain.
b. Teknologi RIP
Saat ini teknologi RIP terbagi atas 2 jenis, yaitu:
1)
Berbasis
PostScript
Berbasis
PostScript artinya data yang diterima oleh RIP tersebut diolah menjadi
data PostScript lalu di-output.
2) Berbasis PDF(Portable Document
Format)
Bebasis
PDF artinya data yang diterima oleh RIP akan diolah kedalam bentuk PDF. Saat
ini kebanyakan teknology RIP yang digunakan adalah yang berbasis PDF
karena selain lebih cepat proses output-nya, PDF juga mendukung proses
otomatisasi alur kerja dari prepress, press, dan finishing dalam
bentuk job ticket.
Istilah
"Computer To Plate" menggambarkan suatu proses dalam pembuatan plate
secara direct imaging yang dikontrol oleh komputer dari data-data digital.
Sesuai
dengan namanya, Computer To Plate (CTP) yang mempergunakan proses direct
imaging, proses pembuatan plat yang awalnya (secara konvensional) menggunakan
film topografi, maka dengan menggunakan CTP, image dapat dicetak ke plat secara
langsung dari file komputer.
Secara
umum, komponen yang dipergunakan dalam sistem Computer To plate ini ada 3 macam
a.
Komputer
Komputer
merupakan komponen utama dan juga merupakan komponen paling penting dalam alur
proses ( workflow) pembuatan plat dalam sistem CTP ini. Proses Imposisi, Raster
Image Processor (RIP) dan juga penyimpanan data dilakukan dengan menggunakan
komputer.
b.
Imaging System
Imaging System
memegang peranan yang tidak kalah penting dalam proses Computer To Plate.
Transfer data digital dari komputer ke plat dilakukan oleh plat imagesetter
dengan menggunakan laser dengan daya dan panjang gelombang laser disesuaikan
dengan sensitivitas permukaan plat.
c.
Printing Plat
Komponen
terakhir yang digunakan adalah plat. Saat ini, dapat dijumpai berbagai macam
tipe plat yang digunakan pada proses Computer To Plate ini. Namun tidak
semuanya bisa dipergunakan Karena harus disesuaikan dengan jenis imagesetter
yang digunakan.
Alur
kerja Ctp diawali dengan Input data yang terdiri dari Pengolahan teks, Layout,
dan Pengolah image.
Bagian
Input pertama adalah pengolahan teks yaitu teks diedit dengan pengolahan bahasa
yang baik, lalu image diambil melalui scener (Input data). Setelah itu teks dan
gambar disatukan dan dibuat tata letak/Layout dengan baik.
Setelah
data input selesai dikerjakan dan sudah siap untuk diproses selanjutnya seluruh
bagian input di kirim datanya ke bagian workstation untuk di imposisi untuk
dijadikan sebagai dummy sebelum di Proofing. Setelah data tersebut jadi pada
workstation selanjutnya di color proofing untuk dilihat hasil sementara apakah
hasilnya sudah cocok dengan data pada workstation. Jika data proofing sudah
cocok dengan data workstation data yang sudah jadi (dummy) selanjutnya dibuat
plat pada mesin platesetter. Hasil akhirnya yaitu berupa plat yang siap cetak.
Kelebihan
yang didapatkan dengan menggunakan Plate
Platinum CtP:
a.
Kualitas yang sangat tinggi
Thermal
Plate CtP menghasilkan kualitas gambar dan ketajaman gambar yang sangat baik
karena merupakan first generation screen dot, yaitu pembentukan dot raster pada
plate cetak langsung dari laser. Derajat ketajaman dan kualitasnya tidak dapat
dicapai dengan melalui Computer to Film (CtF).
Pada
pembuatan plate konvensional, walau-pun dikerjakan dengan sangat hati-hati,
tetap tak dapat dihindarkan terjadinya Dot Loss pada raster dibawah 5% yang
menyebabkan hilangnya ketajaman.
b.
Mempercepat waktu produksi
Thermal
Plate CtP menghasilkan gambar yang sangat presisi. Plate CtP sedemikian akurat
dalam hal register dan sangat bersih. Dengan menggu-nakan plate CtP, waktu yang
diperlukan untuk persiapan produksi di mesin cetak untuk pemasangan plate dan
pencarian register menjadi lebih singkat. Selain itu tidak diperlukan korektor
plate.
Berbeda
dengan plate konvensional dimana gambar yang timbul dari hasil expose film
memungkinkan terjadinya pergeseran yang mengakibat-kan terjadinya
miss-register, serta timbulnya kotoran yang tidak diinginkan efek dari film
scratching dan debu. Akibat hal tersebut proses persiapan produksi di mesin
cetak mema-kan waktu untuk menepatkan gambar/register, serta membersihkan plate
dari kotoran yang tidak diinginkan (korektor plate) untuk menjaga kualitas dan
kebersihan hasil cetakan.
c.
Mempercepat
waktu persiapan (pracetak) dengan Imposition software
Anda
memangkas waktu yang digunakan untuk mempersiapkan data digital anda untuk
diserahkan ke repro film karena di Platinum CTP, anda cukup menyerahkan data
digital anda, kami yang mempersiapkannya untuk menjadi plate siap cetak. Kami
menggunakan software imposisi yang sangat membantu pengolahan data digital anda
untuk menghasilkan layout halaman yang terintegrasi dengan sistem finishing/penjilidan
yang anda inginkan.
Pada
repro konvensional, anda harus melaku-kan imposisi/layout di aplikasi yang anda
gunakan untuk desain. Imposisi secara konvensional ini beresiko karena file
yang diputar untuk menye-suaikan layout halaman seringkali memunculkan problem,
semisal gambar yang tidak ikut terputar, teks terpotong atau hilang, dan
problem lainnya. hal ini tidak akan terjadi apabila menggunakan software yang
spesial untuk pekerjaan imposisi/
layout.
layout.
d.
Menggunakan Thermal Plate
Plate
yang dibuat di Platinum CTP mengguna-kan jenis plate thermal. Keunikan dari
plate ini adalah tidak peka terhadap cahaya melainkan terhadap panas yang
dikeluarkan oleh gelombang cahaya tertentu. Karena tidak peka terhadap cahaya,
plate thermal dapat ditangani langsung diruang terbuka tanpa harus menggunakan
lampu pengaman seperti jenis plate lain.
Keunikannya
yang lain adalah emulsinya yang besifat binary, artinya image baru akan
terbentuk setelah melewati nilai threshold tertentu. Dibawah nilai threshold
yang ditentukan gambar tidak akan terbentuk. Hal ini berarti plate hermal tidak
me-ngenal istilah over exposed atau under exposed. Saat ini plate thermal
diakui merupakan plate terbaik untuk mereproduksi gambar.
e.
Dukungan GMG Color Proofing
Plate
yang dibuat di Platinum CTP dilengkapi dengan Color Proofing yang dicetak
dengan Hi Quality Color Plotter menggunakan Software GMG Color Proffing. Hasil
proof ini akan menunjukkan kwalitas dari file yang ada print, dan dapat menjadi
acuan anda dalam mencetak dengan akurasi yang tinggi sehingga menghindari
ketidaksesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang tercetak.
f.
Efisiensi waktu dan biaya
Hal
yang sangat krusial dalam produksi cetak adalah efisiensi waktu dan biaya.
Teknologi baru dan canggih sekalipun tidak akan berguna apabila tidak
menyajikan hal ini sebagai competitive advantage.
Plate
yang dibuat di Platinum CTP memenuhi kriteria ini. Plate yang bersih dan
presisi memu-dahkan penyetelan register di mesin. Dukungan Color Proffing
memudahkan pencarian warna dan perataan tinta. asilnya adalah waktu persiapan
lebih singkat dan kertas waste/inchiet berkurang drastis.
Inilah daftar masalah yang patut diperhatikan dan
diwaspadai pada saat tahap Prepress berlangsung:
a.
Missing Font
Hal ini terjadi apabila kita memilih/memakai font
yang tidak terdefinisi oleh printer postscript. Atau font yang digunakan tidak
ikut dicopy ke disc saat di bawa ke percetakan (apabila kita mendesain sendiri
halaman publikasi-kemudian dikirim ke percetakan), sedangkan di percetakan font
tersebut tidak tersedia. Untuk itu, copy-lah font tersebut atau di-convert
terlebih dahulu dalam desain artwork sebelum diserahkan ke percetakan / tempat
pembuatan film. Usahakan sebelum meng-convert dokumen artwork dalam proses
prepress, save-lah terlebih dahulu format teks aslinya secara terpisah sebagai
dokumen cadangan.
b.
Wrong file format
Artwork cetak biasanya menggunakan format file .TIFF
atau .EPS untuk gambar. Sehingga kalau Anda mendefinisikan file gambar Anda ke
JPEG atau GIF dan lainnya untuk keperluan cetak offset, maka warnanya tidak
akan sesuai dengan hasil cetak dan kualitas pixel (unsur terkecil dari gambar
digital) akan rusak. Format tiff berukuran sangat besar, dan akan menjadi
kendala jika pengiriman harus dilakukan by email. Tapi bagaimanapun juga
hindari mengirimkan gambar dalam format jpg atau gif .
c.
Incorrect page setting or Page Set-up
Gunakan set-up halaman sesuai ukuran yang
diperlukan. Jangan lupa diingat, untuk cetakan seperti brosur, undangan dan
sejenisnya, sisi-sisinya akan dipotong dengan mesin potong kertas, jadi jangan
lupa menambahkan luas area design beberapa milli lebih besar dari area cetak.
Output harus selalu dibuat dalam ukuran sebenarnya, hanya resolusinya saja yang
disesuaikan sesuai penggunaan.
d.
Missing graphics. or graphic not linked
Jika anda mengirimkan file dalam format Freehand,
PageMaker atau Quark Express, Anda tetap harus mengcopy file gambar Anda ke
dalam disk yang Anda kirim ke percetakan atau tempat pembuatan film (repro),
karena jika tidak gambar yang anda insert dalam artwork anda tidak akan muncul
di komputer yang lain.
e.
Resolution
Resolusi adalah tingkat kecerlangan (dpi, dot per
inch, pixel per inch) pada gambar. Terlalu tinggi resolusi akan menyebabkan
hasil yang tidak maksimal dan berlebihan sehingga memboroskan tinta. Sementara
resolusi yang didefinisikan terlalu rendah akan menyebabkan gambarnya pecah
atau kabur. Untuk cetak offset seperti brosur, iklan koran, majalah, dll,
besaran dpi-nya minimal 300 dpi. Sedangkan cetak digital untuk keperluan
outdoor (baliho, billboar, spanduk dll) bisa menggunakan 32 dpi sampai 100 dpi
tergantung ukuran medianya. Untuk backdrop yang biasa dilihat dalam jarak
relatif dekat sebaiknya menggunakan resolusi tidak kurang dari 72 dpi, tapi
untuk billboard ukuran bisa menggunakan resolusi 32 dpi.
f.
Incorrect colours
Karena unsur warna yang digunakan monitor (komputer)
berbeda dengan unsur warna cetak (percetakan) maka sering terjadi hasil cetak
yang meleset warnanya. Hal ini harus kita pahami, karena komputer grafis
menggunakan unsur warna sinar Red, Green, Blue (RGB Color). Sementara
percetakan menggunakan unsur warna tinta Cyan, Magenta, Yellow, Black (CMYK
Color). Jadi kita harus menggunakan warna CMYK apabila kita ingin membuat
artwork cetak. Kalau sudah terlanjur menggunakan RGB, maka rubahlah kedalam
format warna CMYK.
g.
Make the Black color as a special one
Sebaiknya tidak menggunakan warna selain hitam untuk
mewarnai teks (apalagi huruf kecil2) atau garis outline pada arwork yang anda
buat. Ini untuk mencegah teks/garis menjadi terlihat dobel karena registrasi
yang kurang presisi. Bila ada teks yang perlu direvisi pada saat2 terakhir
sebelum dicetak, anda hanya perlu mengganti selembar film saja pada warna
Black-nya, tidak perlu mengganti 3 lembar lainnya (Cyan, Magenta dan Yellow).
h.
Proofing
Sebelum dicetak, kita harus melakukan proofing untuk
mengetahui contoh hasil cetak nantinya. Nah, kalau kita mencetak hasil proofing
dengan menggunakan printer selain printer laser atau color digital printing,
biasanya hasilnya akan meleset dari perkiraan. Sekarang sudah banyak printer
warna digital sampai ukuran A3+ sebagai sarana proofing sebelum naik cetak.
Lebih baik lagi bila anda membuat Progressive Proof untuk mengejar presisi
warna yang cocok sesuai tuntutan kualitas yang anda inginkan